
Banyumas, gatra.net – Seperangkat meja dan kursi bersejarah yang pernah digunakan Tan Malaka dan Panglima Besar Jenderal Soedirman terjaga dengan baik di Banyumas, Jawa Tengah. Tan Malaka dan Jenderal Soedirman bertemu di rumah ini sebelum pertemuan Persatoean Perjoangan 1946.
Meja dan kursi dan peti itu tersimpan di rumah keluarga Slamet Gandha Wijaya di Desa Patikraja, Kecamatan Patikraja, Banyumas. Menantu Gandha Wijaya, Sri Astuti (65 th) mengatakan, rumahnya sempat dipakai untuk pertemuan antara Tan Malaka, Jenderal Soedirman, dan ayah mertuanya, Slamet Gandha Wijaya.
Di rumahnya juga tersimpam peti tua yang sempat digunakan Tan Malaka untuk menyimpan pakaian dan bekal lainnya, misalnya buku. “Peti ini juga sempat dibawa bapak saat dibuang ke Digoel,” kata Sri Astuti.
Informasi yang diperolehnya, Tan Malaka, Jenderal Soedirman dan Gandha Wijaya bertemu selama dua hari. Namun, dia mengatakan tidak tahu pasti kapan ketiga orang tersebut bertemu. Tetapi, yang jelas pertemuan itu dalam rangka mempertahankan kemerdekaan RI.

“Ya, betul. Antara Jenderal Soedirman dan Tan Malaka. Ya, dua hari. Dua hari menginap di sini. Ya, sempat itu, ngobrol itu katanya. Nggak selesai-selesai itu ngobrolnya,” jelasnya, Jumat (13/9).
Dia mengungkapkan, sebelumnya juga ada sejumlah orang, termasuk Direktur Tan Malaka Institute yang juga juga mantan anggota DPR RI dari Partai Dekmokrat, Khotibul Umam Wiranu. Ada pula, beberapa orang lain yang mendata meja, kursi dan peti yang sempat digunakan Tan Malaka.
Bahkan, sudah ada beberapa orang yang hendak membeli meja, kursi dan peti bersejarah ini. Namun, ia menolaknya. Ia menegaskan akan menjaga benda-benda bersejarah itu, terkecuali jika negara membutuhkan. Itu pun harus dimusyawarahkan dengan adik iparnya, yang juga anak kandung Slamet Gandha Wijaya.
“Ada orang yang pernah mengecek ke saya. Itu katanya, ‘Bu ini (meja, kursi dan peti) saya beli’, saya jawab mau dibeli berapa juta nggak akan saya jual,” tandasnya.
Sementara, Direktur Tan Malaka Institute, Khotibal Umam Wiranu mengatakan, pertemuan antara Tan Malaka dengan Jenderal Soedirman dan Slamet Gandha Wijaya dilakukan dalam rangka persiapan Persatoean Perjoeangan di Purwokerto, 1946. Slamet Gandha, kata dia, adalah Ketua Pengurus Partai Murba di Banyumas.
“Pertemuan ini yang pasti terlacak waktunya 1-2 Januari, data lainnya, 2-3 Januari 1946,” kata Umam. Saat itu, ketiga tokoh ini tengah mempersiapkan pertemuan yang dihadiri oleh 149 tokoh maupun laskar, dalam rangka mencegah kembalinya kolonialisme Belanda. Dan ini adalah pertemuan penting di mana Tan Malaka dan Jenderal Soedirman menegaskan merdeka 100 persen, dan menolak negosiasi yang merugikan bangsa Indonesia.
“Tan Malaka berpidato paling panjang dalam sejarah pergerakan melawan kolonial, selama tiga hingga 3,5 jam di pertemuan 141 laskar di Gedug Serbaguna Depan Stasiun Purwokerto,” jelasnya.
Menurut dia, Slamet Gandha Wijaya sendiri adalah seorang tokoh politik. Ia juga pengusaha sukses. Tan Malaka dan Gandha bertemu di Harleem, Belanda, saat sama-sama menempuh pendidikan di sana. Sepulang menempuh pendidikan, keduanya sama-sama aktif dalam pergerakan kemerdekaan serta aktif di Partai Murba.
“Pak Gandha juga dikenal sebagai seorang pengusaha yang sukses juga. Beliau lah yang membangun masjid di pinggir jalan Patikraja,” ujarnya.