
Jakarta, gatra.net - Direktur Riset dan Pengembangan Kalbe Group, Pre Agusta, mengatakan bahwa inovasi merupakan kunci memenangkan persaingan global. Kalbe Group berusaha mendorong kreativitas dan inovasi, khususnya pada anak-anak.
"Ujungnya kalau sejak anak-anak sudah berpikir kreatif dan inovatif, nanti setelah dewasa bisa menghasilkan barang-barang yang bermanfaat," ujarnya dalam seminar "Sains Digital Dari dan Untuk Anak" di Hongkong Cafe, Jakarta, Jumat (6/9).
Pre mengeluhkan kurangnya sistem pendidikan Indonesia dalam membangun daya pikir kreatif dan inovatif bagi anak-anak. Kalbe pun mengadakan "Kalbe Junior Scientist Award (KJSA)" yang diadakan tiap tahun untuk merangsang kreativitas dan inovasi anak-anak sejak dini.
Pre mencontohkan salah satu karya yang dihasilkan dari ajang KJSA, yakni sajadah yang dilengkapi mesin hitung sebagai pengingat jumlah rakaat salat.
"KJSA sebetulnya mencari dan menfasilitasi. KJSA enggak bisa menbuat inovasi. Hal yang bisa membuat inovasi adalah lingkungannya, keluarga, lingkungannya, dan sekolahnya masing-masing," katanya.
Sementara itu, Pakar Pendidikan dan Sains, Indra Charismiadji, mengungkapkan bahwa kecakapan yang dibutuhkan pada abad 21 yaitu berpikir kriits, berkomunikasi, berkreasi, dan berkolaborasi.
Indra berpendapat, untuk memunculkan anak yang memiliki daya inovasi, ide-ide dan kreativitas yang muncul pada anak janganlah dibatasi.
"Kreativitas tidak bisa benar atau salah. Enggak bisa lagi kita mengatakan awan warna hijau salah, awan itu warnanya putih," ujarnya.
Ia mengungkapkan, menurut kajian dari Amerika Serikat, sebanyak 98% daya kreativitas anak masuk kategori jenius pada usia 3-5 tahun. Setelah lulus kuliah, anak yang sama tinggal 2% yang jenius.
Perancang Aplikasi, Muhammad Hafizh Bayhaqi (12 tahun), merupakan salah satu contoh anak yang kreatif dan Inovatif. Ia telah mampu merancang aplikasi di usianya yang masih belia.
Hafizh sudah merancang berbagai aplikasi seperti "Good Math", "Puzzle Kartini", dan "Kuis Matematika". "Saya membuat aplikasi 'Good Math' karena melihat banyak anak-anak yang enggak suka matematika," ujarnya.