
Jakarta, gatra.net - Vietnam merupakan salah satu negara yang mendapatkan keuntungan dari perang dagang Amerika Serikat - Cina. Terbukti, 33 perusahaan Cina merelokasi ke Vietnam, tanpa melirik Indonesia, dengan berbagai insentif yang diberikan oleh pemeritah. Hal ini, sempat membuat Presiden Joko Widodo marah.
Ekonom dan Direktur Center of Reform on Economics (CORE), Piter Abdullah, mengatakan, pemerintah memang sudah banyak menerapkan kebijakan. Tapi, investasi langsung dari pihak asing atau foreign direct investment (FDI) yang masuk ke Indonesia, semenjak lima tahun, mengalami penurunan, tidak hanya dari China, tapi juga Korea Selatan dan Jepang.
"Kita kalah dari Vietnam, Malaysia, Thailand, dalam menangkap peluang relokasi investasi yang sedang berlangsung, khususnya, dari Cina," ujar Piter, saat dihubungi gatra.net, Jumat (6/9).
Piter juga mengatakan, dengan diberlakukannya berbagai insentif bukan berarti tidak ada hambatan lain bagi investor untuk masuk ke Indonesia. Misalnya, masalah lahan dan perizinan melalui online single submission (OSS). "Kita sudah punya OSS. Tapi, OSS kita masih jauh dari sempurna dan banyak kendala dalam penerapannya," katanya.
Hambatan yang lain, kata Piter, terkait dengan ketidakkonsistenan kebijakan pemerintah, kurangnya koordinasi pemerintah pusat dan daerah, serta upah untuk pekerja. "Saya kira, untuk mendorong dan menangkap relokasi industri, hilangkan dulu berbagai hambatan tersebut dan perbaiki tata kelolah pertanahan, kebijakan buruh, dan sistem perburuhannnya."
Sementara, Ekonom dan Direktur Eksekutif the Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad, menyarankan pemerintah untuk melakukan pendekatan, khususnya ke kalangan pengusaha Cina, dengan memberikan kemudahan-kemudahan yang diperoleh mereka ketika berinvestasi di Indonesia.
"Saya kira, perlu lakukan road show di Cina, khususnya pengusaha-pengusaha yang orientasi ekspornya ke AS ataupun negara-negara lainnya," katanya.
Pemerintah harus segera lakukan reformasi di internal. Hal itu, kata Tauhid, untuk menciptakan 'front dan back office'. "Jadi, hal ini dilakukan untuk memberikan yang terbaik untuk investor, bahkan harus lebih baik dari negara-negara tetangga," katanya.