Home Laporan Khusus Berharap Kriya Meramaikan Pasar Nasional

Berharap Kriya Meramaikan Pasar Nasional

Produk kerajinan lokal makin tumbuh. Selama lima tahun terakhir pertumbuhannya terus merangkak hingga 16%. Pasar ekspor untuk produk ini masih terbuka luas.

***

Di tengah-tengah hiruk pikuk Inacraft 2019 di Jakarta Convention Center, Jumat lalu, Gati Wibawaningsih mengaku justru jarang menemukan produk kriya. Padahal menurut catatan Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), jumlah industri kecil menengah (IKM) kerajinan mencapai 700.000 unit dan menyerap 1,32 juta tenaga kerja.

Indonesia juga punya balai keramik hingga sekolah seni rupa yang tak kurang banyaknya. Bahkan dalam lima tahun terakhir, nilai ekspor Indonesia mengalami kenaikan 16%. “Nilai produksi untuk industri kerajinan skala besar dan sedang mencapai Rp8,7 triliun. Semua termasuk kerajinan kayu, anyaman, keramik, kerajinan bambu, dan kerajinan lainnya,” kata Gati kepada M. Ihsan Harahap dari GATRA.

Nilai ekspor kerajinan 2018 pun sekitar US$870 juta atau Rp12,2 triliun. Angka ini naik 0,2% dari ekspor tahun sebelumnya, US$868 juta. Empat negara tujuan ekspor terbesar, yaitu Amerika Serikat, Jepang, Belanda, dan Inggris. Target ekspor tahun ini pun dipatok naik 9%.

Oleh karena itu, sektor kriya seharusnya lebih meramaikan Inacraft 2019. Acara yang sudah berlangsung selama 21 tahun ini menjadi magnet bagi lebih dari 150.000 pengunjung setiap tahunnya dengan total lebih dari 1.000 buyers. Dalam catatan, transaksi ritel yang berhasil dibukukan pada tahun lalu sebesar Rp139,7 miliar dan kontrak dagang senilai US$12 juta. Tahun ini, Inacraft menargetkan transaksi penjualan hingga Rp146 miliar dan ekspornya menembus US$13 juta.

* * *

Sektor kriya tak cukup hanya pintar berproduksi, tetapi juga harus pandai mencari pasar. Gati menjelaskan, kekayaan budaya, tradisi, dan sejarah Indonesia menjadi sumber inspirasi bagi para pengrajin Tanah Air untuk menciptakan produk yang bernilai seni tinggi. Selain itu, ketersediaan bahan baku yang berlimpah, menjadi keunikan tersendiri bagi produk kerajinan Indonesia.

Namun, secara umum ada empat hal yang menjadi kendala bagi pengrajin, yaitu akses permodalan, sumber daya manusia, teknologi, dan pemasaran. Ketua Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung menambahkan, persoalan lain yang dihadapi pengrajin lokal, selain kualitas produk belum konsisten, kebanggaan memakai barang luar negeri masih tinggi. “Kampanye penggunaan produk dalam negeri harus digencarkan bersama dengan perbaikan kualitas produk lokal,” katanya kepada Erlina Fury Santika dari GATRA.

Mengatasi hal tersebut, Kemenperin memiliki beberapa program pengembangan dan penumbuhan IKM. Satu di antaranya, mendirikan Pusat Pengembangan Industri Kreatif dan Inovasi, yaitu Bali Creative Industry Center (BCIC).

Program unggulan BCIC adalah inkubator bisnis. Program tersebut diperuntukkan untuk pelaku industri kecil kerajinan dan fesyen dengan melibatkan perguruan tinggi dan praktisi. “Program ini untuk anak muda usia di bawah 28 tahun dan dilaksanakan selama dua tahun,” kata Gati.

Bekraf juga punya hajat mendorong UKM kreatif makin berkembang di tanah air. Berbagai fasilitas terkait 16 subsektor yang diwadahi, Bekraf menggelar sejumlah program. Di antaranya yang berkaitan dengan pengembangan kriya, yaitu IKKON (Inovatif dan Kreatif melalui Kolaborasi Nusantara), DEUREUHAM (Derap Ekrafpreneur Hasanah Mulia), dan BIP (Bantuan Insentif Pemerintah). “Kami memang mengembangkan subsektor ekraf yang punya potensi ekonomi besar,” kata Sekretaris Utama Bekraf, Restog K. Kusuma.

* * *

Industri kerajinan menjadi salah satu sektor industri kreatif yang berkontribusi besar bagi perekonomian nasional. Jumlah pelaku usaha ini diyakini akan terus naik. Kemenperin pun mendorong IKM agar go digital.

Sebanyak 10.000 pelaku IKM ditargetkan Kemenperin bakal ikut workshop e-Smart IKM hingga akhir 2019. Pada periode 2017–2018, total peserta workshop e-Smart IKM mencapai 5.945 pelaku usaha dengan total omzet sebesar Rp2,37 miliar.

info
Kontribusi Ekonomi Kreatif di Indonesia (Dok. GATRA/ft)

Program yang telah diluncurkan sejak Januari 2017 itu, bertujuan menyiapkan IKM nasional bisa go digital. Gati menjelaskan, pemanfaatan teknologi digital bagi pelaku IKM penting untuk mendongkrak daya saing hingga kancah global. “Guna memacu IKM nasional berperan pada penerapan revolusi industri 4.0, kami terus mendorong mereka agar terlibat di e-commerce yang diimplementasikan dalam program e-Smart IKM,” ujarnya.

Hingga saat ini, workshop e-Smart IKM sudah dilaksanakan di 34 provinsi. E-Smart IKM juga melibatkan sejumlah pihak seperti BI, BNI, Google, IdEA, Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta menggandeng pemerintah provinsi, kota, dan kabupaten.

“Program e-Smart IKM juga telah bekerja sama dengan marketplace seperti Bukalapak, Tokopedia, Shopee, BliBli, Blanja.com, Ralali, dan Gojek Indonesia,” sebut Gati. Program ini juga bekerja sama dengan ATT Group selaku Authorized Global Partner Alibaba.com di Indonesia. Tujuannya agar pelaku usaha mendapat akses pasar lebih luas.

Head of Government Relations Shopee, Radityo Triatmojo, mengungkapkan perusahaannya memberdayakan IKM dan produk lokal melalui kanal pemasaran Kreasi Nusantara. Saat ini kreasi Nusantara menampilkan 25.000 produk lokal. “Pesanannya telah meningkat lebih dari delapan kali lipat sejak diluncurkan,” ujarnya.

Data yang dirilis Bekraf menyebut pengguna internet di Indonesia pada 2017 sebanyak 143,26 juta orang atau 52% dari total populasi. Sementara pada 2016, 63,5% pengguna internet pernah bertransaksi daring. Selain itu, platform e-commerce yang sering digunakan yaitu Shopee 41,2%, Tokopedia 27,4%, Lazada 13,6%, Bukalapak 12,7%, dan JD.id 1,9%.

Tak hanya Shopee, idEA juga mendorong agar lebih banyak produk lokal masuk ke marketplace lain. “Sayangnya, mereka [e-commerce] kurang peduli barang impor atau lokal. Tugas idEA itu bukan buat melindungi, tapi berdagang,” kata Ignatius Untung.

 

Fitri Kumalasari

 

Pointers:

Namun, secara umum ada empat hal yang menjadi kendala bagi pengrajin, yaitu akses permodalan, sumber daya manusia, teknologi, dan pemasaran.

==G==

 

Infografis 1

Tenun

- 369 sentra IKM.

- 16.971 unit usaha.

- US$58,6 juta target ekspor produk tenun dan batik.

- Negara tujuan ekspor: Jepang, Belanda, Amerika Serikat.

Gerabah dan Keramik

- Lebih dari 5.200 IKM.

- Menyerap tenaga kerja hingga 21.470 orang.

- US$25,4 juta ekspor pada 2018.

- Negara tujuan ekspor: Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Belanda, Inggris.

Perhiasan

- Peringkat 9 dunia eksportir perhiasan.

- US$2,05 miliar ekspor pada 2018.

- Negara tujuan ekspor: Singapura, Swiss, Hong Kong, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab.

Furniture

- US$1,69 miliar ekspor pada 2018.

- Negara tujuan ekspor: Amerika Serikat, Jepang, Belanda, Australia, Inggris.

Kriya

 

- US$823 juta ekspor pada Januari–November 2018.

- 700 unit usaha industri kerajinan.

- Menyerap 1,32 juta tenaga kerja.

Sumber: riset GATRA

==G==

Infografis 2

Kontribusi Ekraf terhadap PDB Indonesia

· 2019: Rp1,211 triliun proyeksi PDB ekraf 2018

· 2018: Rp1,105 triliun

· 2017: Rp1,009 triliun

· 2016: Rp922,59 triliun

· 2015: Rp852 triliun

Tiga Ekspor Ekraf Teratas 2016

Fesyen: 54,54%

Kriya: 39,01

Kuliner: 6,31%

Platform E-Commerce Paling Sering Digunakan

Shopee: 41,2%

Tokopedia: 27,4%

Lazada: 13,6%

Bukalapak: 12,7%

JD.id: 1,9%

Sumber: Bekraf

==G==