
Semarang, gatra.net - Aksi rasisme terhadap mahasiswa Papua di Kota Surabaya, Jawa Timur beberapa waktu lalu menjadi perhatian banyak pihak. Salah satunya Usman Hamid yang merupakan direktur Amnesty International untuk Indonesia.
Ia menyesalkan aksi profokatif dan rasis masih terjadi di Indonesia. Sehingga menyebabkan kerusuhan diberbagai Kota Besar di Indonesia.
"Saya kira kita sangat menyesalkan insiden pembakaran di Manokwari, kekerasan di Makassar dan di Surabaya. Kalau dipersoalkan secara hukum itu bisa di pidanakan," katanya saat diundang pada acara Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) UIN Walisongo, Kamis (22/8).
Ia mengatakan, penghinaan pada suatu golongan, dalam islam juga telah disebutkan hukumnya. Yaitu tidak boleh dilakukan dan dibiarkan.
Apalagi menggunakan dengan kekerasan itu yang juga tidak boleh, namun pada kenyataannya kadang-kadang kebencian agama dan rasisme malah dibiarkan.
"Mahasiswa Papua itukan yang harusnya dilindungi, tapi itu malah dibiarkan," ujarnya.
Menurutnya, Indonesia harus memperbaiki tiga hal dalam situasi ini. Pertama sistem penegakan hukum di Indonesia.
Kedua yakni mendorong perubahan paradigma berfikir di elit politik kita. Doktrin ideologi politik banyak digencarkan, misal jargon NKRI harga mati. Ada kewajiban untuk memperlakukan semua manusia sama, itu semua dilupakan. Ketiga agar Indonesia menghapuskan tradisi kekerasan dalam menyelesaikan masalah.
"Itulah peran tokoh masyarakat, tokoh agama dan hukum. Harusnya itu yg lebih di dorong untuk ke depan," tuturnya.