Home Gaya Hidup Asal Mula Grebeg Sura Baturraden, Atraksi Wisata Banyumas

Asal Mula Grebeg Sura Baturraden, Atraksi Wisata Banyumas

BanyumasGatra.com - Memasuki Sura, bulan pertama pada sistem penanggalan kalender Jawa, pelaku wisata dan budaya di Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah menggelar atraksi wisata khusus yang mengundang daya tarik wisatawan. Tahun ini, Masyarakat setempat menggelar tradisi mengucap rasa syukur atas berkah Tuhan Yang Maha Esa pada 31 Agustus hingga 21 September 2019.

Pelaku wisata setempat, Tekad Santoso, menuturkan, grebeg sura Baturraden berawal dari tradisi para penganut kepercayaan yang tinggal di pegunungan. Leluhur mereka mengucapkan rasa syukur serta menjadi peringatan untuk selalu menjaga keseimbangan alam.

"Istilahnya ngalap berkah atau berebut berkah dari hasil panen. Mengalap berkah ini dipercaya bakal mendatangkan rejeki. Prosesi ngalap berkah itu buah dan sayur yang didapat pada saat rebutan akan dibawa pulang untuk dikonsumsi. Kalau dapat biji atau benih maka ditanam lagi agar menghasilkan panen yang melimpah," ujarnya, Jumat (30/8).

Pengusaha warung makan ini berujar, gunungan yang diarak terdiri dari pala kependhem, pala kesimpar dan pala gumantung. Beragam umbi-umbian, sayur dan buah ini disusun berbentuk dua buah gunungan. Saking banyaknya, gunungan itu dapat mencapai 2 sampai 3 meter. Gunungan merupakan simbol rasa syukur masyarakat, seperti yang dilakukan oleh leluhur pada masa lalu.

"Rebutan gunungan hasil panen ini adalah momentum yang dinantikan oleh pengunjung dan masyarakat setempat. Mereka rela berdesakan di arena rebutan itu," katanya.

Sesepuh Aliansi Pariwisata Banyumas, Deskart Jatmiko menggambarkan, pada masa lalu, tradisi ini dijalankan oleh para pedagang di kawasan Lokawisata Baturraden serta masyarakat desa secara terpisah. Tapi sejak tahun 2000, ritual itu dikemas menjadi atraksi wisata. Lokasi grebeg sura, dipusatkan di komplek Lokawisata Baturraden, Desa Karangmangu, Kecamatan Baturraden.

Dia menyebutkan, berbeda dengan daerah lainnya, grebeg sura tak digelar bertepatan dengan pada malam Tahun Baru Islam. Rangkaian kegiatan justru dibuka dengan ritual pendakian dan tapa bisu di Gunung Slamet.

Tahun ini, pendakian ritual digelar 31 Agustus 2019 di pos 1 Kaliandra Gunung Slamet. Sebab, status Gunung Slamet masih Waspada (level II). Para pendaki hanya diperbolehkan menggelar kegiatan dalam jarak aman. Sedangkan puncak grebeg sura dilangsungkan pada 21 September 2019 mendatang.

"Berdasarkan perhitungan Jawa, biasanya (grebeg sura) digelar pada Minggu Pon. Jadi tidak bertepatan dengan malam 1 Sura," jelasnya.

Lantaran telah menjadi atraksi wisata, kata Deskart, sebelum diperebutkan, gunungan tersebut diarak oleh warga dan pelaku wisata. Di arak-arakan itu ada rombongan yang membawa tumpeng, tenong (tempat makanan dari bambu) berisi nasi penggel serta sejumlah kesenian seperti ebeg, genjring serta kentongan.

Dia mengatakan, pengunjung yang tertarik untuk berebut hasil bumi bukan hanya warga setempat, tapi juga wisatawan yang kebetulan datang berlibur atau warga dari kabupaten tetangga. Mereka juga ikut makan nasi penggel di dalam tenong yang dibawa ke situs Baturraden.

1747