Home Milenial Pelajar Dikenalkan Pentingnya Pengarusutamaan Gender

Pelajar Dikenalkan Pentingnya Pengarusutamaan Gender

Semarang, gatra.net - Para siswa perlu dikenalkan sejak dini tentang Pengarusutamaan Gender (PUG), sehingga diharapkan dapat menjadi pelopor nilai-nilai yang berkeadilan gender dilingkungan.

Hal ini disampaikan Dr. Rina Herlina Haryanti S.Sos M.Si dari Pusat Studi Kependudukan dan Keseteraan Gender Universitas Negeri Surakarta (UNS) dalam pelatihan Pengarusutamaan Gender (PUG). Kegiatan yang digelar oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Jawa Tengah itu diikuti oleh 100 siswa SMA / SMK Se Jawa Tengah di Hotel Griya Persada, Bandungan, Kabupaten Semarang, Selasa (27/8).

Menurut Rina, pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman pada siswa mengenai perbedaan antara gender dan jenis kelamin. Karena selama ini, dalam pandangan masyarakat, gender itu identik dengan perempuan, namun juga dengan laki-laki

“Gender itu juga tidak sama dengan perempuan, padahal kalo bicara jenis kelamin, itu adalah bicara konstruksi biologis, dari konstruksi biologis, bisa mempengaruhi konstruksi sosial, oleh karena itu perlu dipahamkan,” kata Rina kepada gatra.net

Rina mengatakan, proses penanaman nilai-nilai gender itu lebih mudah diberikan kepada pelajar. Tujuanya agar bisa memahami nilai-nilai gender, karena derajat dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan itu sama. 

“Selama ini nilai-nilai gender di masyarakat itu sangat bias, salah satunya adalah bila selama ini ada anggapan bahwa perempuan itu hanya menjadi ibu rumah tangga, ngurusi anak maupun rumah tangga, urusan domestic, sehingga tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, sedangkan laki-laki kerjanya di luar, atau public , padahal itu adalah penilaian yang keliru,” ujarnya.

Rina mengatakan, di tingkatan para pelajar, perlu juga di berikan pemahaman bagi mereka yang ingin masuk ke perguruan tinggi. Anak-anak perlu  di berikan dorongan, bahwa anak perempuan tidak melulu memilih jurusan sosial, tapi juga jurusan yang selama ini didominasi oleh laki-laki, seperti jurusan teknik, pelayaran atau pekerja minyak lepas pantai.

“Begitu pula sebaliknya, bila ada laki-laki yang memilih yang memilih jurusan kesekratarisan tidak perlu di tertawakan atau diolok-olok” kata Rina.

Namun demikian, Rina mengakui, persoalan gender mendapat halangan yang besar yaitu dari keluarga, agama dan tokoh masyarakat.

“Ambil contoh, beasiswa untuk mahasiswa S1, dibatasi hanya untuk usia 40 tahun, padahal bagi perempuan di usia 40 adalah masa sibuk mengurusi keluarga, kenapa untuk beasiswa batas usia dibawah 50 tahun? Agar perempuan juga bisa ikut mendapat beasiswa” kata Rina.

Rina berharap dengan adanya pelatihan ini, akan membantu mengurai dan menyelesaikan permasalahan gender di masyarakat, sehingga bisa tercipta kesetaraan gender di masyarakat.

Sementara itu, Kepala Bidang Kualitas Hidup dan Pemberdayaan Perempuan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Provinsi Jawa Tengah Sri Dewi Indrajati mengatakan, kegiatan PUG menjadi salah satu tujuan yang harus di capai dalam Millennium Development Goals (MDGs), karena saat ini Pengarusutamaan Gender (PUG) untuk pembangunan di Jawa Tengah merupakan program unggulan

“Materi tentang gender ini diharapkan dapat memberi penguatan untuk membangun karakter pelajar SMA/SMK yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, internalisasi nilai, sikap dan tanggung jawab sebagai manusia” kata Sri Dewi.

428