
Kebumen, gatra.net – Sedikitnya 1.000 hektare sawah di Kebumen alami gagal panen. Pasalnya, pada 2019 ini musim kemarau tiba lebih cepat daripada tahun-tahun sebelumnya.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kebumen, Tri Haryono mengatakan, sebagian besar sawah puso atau gagal panen merupakan sawah tadah hujan. Tetapi, ada pula sawah yang berada di saluran irigasi namun terancam puso.
Dia menyebut angka 1.000 hektare merupakan angka sementara. Masih ada potensi penambahan luasan sawah yang mengalami puso. Pasalnya, saat ini Kebumen sedang berada di masa puncak panen raya masa tanam kedua (MT2) 2019.
“Ini kan sedang ramai-ramainya panen. Kalau estimasi kita sekitar 1.000 hektare. Tapi kita juga masih menunggu laporan per kecamatan,” ucapnya, dihubungi gatra.net, Kebumen, Senin sore (26/8).
Menurut dia, kemarau tahun ini tiba lebih cepat dari biasanya. Kemarau yang biasanya dimulai Juni, tahun ini Mei sudah tidak hujan. Akibatnya, tanaman padi berusia muda banyak yang terdampak.
Dampak kemarau, kata dia, juga menyebabkan debit airr bendungan atau waduk menyusut, sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan pengairan pertanian. Waduk Sempor, misalnya, telah menghentikan aliran irigasi sejak awal Juni 2019.
“Kalau yang di aliran irigasi ada yang berkategori puso, tapi tidak total. Ya tetap masih ada panen, tapi sedikit,” jelasnya.
Tri mengemukakan, dalam kondisi normal produksi gabah Kebumen mencapai 400 ribu ton per tahun. Jumlah ini diperoleh dari dari luasan sawah 39.500 hektare. Namun, diperkirakan tahun ini jumlah panen menurun kisaran 10 persen akibat kemarau dini.
Meski demikian, ia yakin penurunan produksi gabah tak mengganggu ketahanan pangan Kebumen. “Kita ada perhitungan dari total panen, kemudian diperhitungkan dengan jumlah total warga sekitar 1,3 juta. Kita masih aman,” ucapnya.