
Kulonprogo, gatra.net – Menteri Pariwisata Arief Yahya menganggap pertanyaan tentang pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur adalah pertanyaan jebakan dan dan guyonan belaka.
Sebelumnya, Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) Sofyan Djalil menyebut Kalimantan Timur ditetapkan sebagai ibu kota baru. Meski selanjutnya Sofyan membantah berita tersebut dan mengatakan Kaltim sebatas lokasi alternatif.
Kepada gatra.net, sambil tertawa Menteri Pariwisata enggan menjawab pertanyaan soal dampak bagi industri pariwisata jika ibu kota negara benar-benar pindah ke Kalimantan.
“Hahaha, saya enggak mau jawab. Itu pertanyaan curang, curang banget. Itu pertanyaan jebakan, hahaha. Aku enggak mau jawab,” kata Arief usai berkeliling Bandara Internasional Yogyakarta, Kulonprogo, Jumat (23/8).
Baca Juga: Bandara Kulonprogo Diharap Satukan Pariwisata DIY-Jateng
Namun saat ditanya mengenai dampak situasi di Papua terhadap parwisata, Menpar menyatakan sampai saat ini kondisi Papua baik-baik saja. “Perlu saya tekankan, Papua aman untuk dikunjungi termasuk Raja Ampat. Ini dibuktikan dengan belum adanya travel advice ke Indonesia. Kami pastikan industri pariwisata di Papua aman,” ujarnya.
Menpar juga optimistis situasi Indonesia saat ini mendukung terpenuhinya target kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara tahun ini. Ini dibuktikan dengan capaian devisa dari pariwisata pada 2018.
Baca Juga: Turis Dilecehkan, Citra Pariwisata Yogyakarta Tercoreng
“Soal target tahun ini, gambaranya pada akhir 2018 lalu perolehan devisa dari bidang pariwisata mencapai 19,3 miliiar US Dollar. Padahal target yang ditetapkan 17 milliar US Dollar,” katanya.
Dengan capaian itu, Menpar yakin target kunjungan 20 juta wisatawan dengan devisa 20 miliar US Dollar akan terpenuhi karena selisihdengan tahun lalu sedikit. Menpar mengatakan saat ini target turis mancanegara telah tercapai 90 persen.