Home Milenial Mahasiswa Papua: Kami di Sumsel Dipanggil Beta

Mahasiswa Papua: Kami di Sumsel Dipanggil Beta

 

Palembang, gatra.net – Ketegangan yang dialami mahasiswa Provinsi Papua di beberapa daerah di Indonesia diharapkan bisa terselesaikan. Sejumlah mahasiswa Papua yang tergabung di komunitas Mahasiswa Papua Sriwijaya menyatakan keinginan agar proses hukum bisa adil atas peristiwa tersebut.

Di Sumsel, komunitas yang menjadi satu-satunya rumah bagi mahasiswa Papua ini menyatakan kekecewaan atas kejadian yang dialami mahasiswa Papua di Surabaya belum lama ini. Ketua komunitas, Victor Amnan menyatakan dia bersama dengan teman-temannya sangat ingin kejadian tersebut tidak terulang lagi. “Kami ingin, hukum ditegakkan atas tindakan diskrimanasi itu. Ungkapan yang seolah merendahkan itu seharusnya tidak layak diucapkan karena kita sama, sama-sama manusia,” ujarnya kepada gatra.net, (22/8) seraya mengklarifkasi jika sebelumnya mereka tidak menyebutkan jika peristiwa tersebut ialah berita hoax.

Meski menyampaikan sikap dengan rasa kecewa, dia menyatakan kehadiran mahasiswa Papua di sejumlah daerah juga bisa diterima baik oleh lingkungan, seperti di Sumatera Selatan (Sumsel). Komunitas yang memusatkan kegiatannya di Indralaya, ibu kota kabupaten Ogan Ilir ini menyatakan tidak pernah adanya gesekan atas kehadiran mereka dengan lingkungan sekitarnya. Hanya saja, masyarakat sering salah memanggil sebutan untuk mereka.

“Di sini (di Sumsel), kami sering dipanggil Beta, padahal itu bukan panggilan anak-anak Papua. Beta itu untuk mereka di Ambon, sementara kami biasanya dipanggil Pace dan Mace,” ujarnya.

Meski tidak menjadi sebuah persoalan, Victor menyatakan ketidaktauan ini mungkin bisa dijawab dengan semakin sering diselenggarakannya kegiatan pengenalan budaya masyarakat Papua di Sumsel. Selama ini, kegiatan pengenalan budaya yang dilakukan baru sebatas antar kegiatan mahasiswa di kampus, padahal keinginan pengenalannya bisa lebih luas, misalnya pada kegiatan pemerintah daerah di Sumsel.

Komunitas Mahasiswa Papua Sriwijaya juga sering melakukan berbagai kegiatan bersama dengan organisasi internal kampus, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Selain kegiatan pengenalan seni dan budaya asli Papua, juga menggelar kegiatan sosial terutama untuk bencana alam, “Seperti terjadi banjir, longsor atau kebakaran di daerah mana di Indonesia, termasuk di Sumsel kami menggelar kegiatan sosial,” ucapnya.

Sudah tiga tahun menetap di Sumsel, Victor mengatakan Komunitas Mahasiswa Papua yang berisikan mahasiswa asal Provinsi Papua dan Papua Barat yang berkuliah di berbagai kampus di Sumsel juga ingin mengenalkan budaya dan seni yang mereka miliki kepada khalayak luas. Pemerintah daerah bisa mengikutsertakan kegiatan seni dan budaya Papua pada event-event pariwisata yang dilaksanakan setiap tahunnya.

“Kami juga ingin mengenalkan Papua di Sumsel, dan kami pun bercerita soal Sumsel kepada keluarga-keluarga kami di Papua. Saat ini, jumlah komunitas kami mencapai lebih 70 an mahasiswa,” pungkasnya.

Setelah kejadian di Surabaya dan aksi di Manokwari Papua belum lama ini, pihak Kepolisian Resort Ogan Ilir dan Polda Sumsel melakukan komunikasi kepada komunitas ini guna pengamanan dan menjalamin keselamatan mereka. Komunitas ini pun menyatakan seluruh anggotanya dalam keadaan aman.

 

 

18670