
Jakarta, gatra.net - Ketua Umum Perhimpunan Pengusaha Arang Kelapa Indonesia (Perpaki), Yogi Abimanyu mengeluhkan maraknya ekspor arang mentah, termasuk yang dilakukan oleh perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia.
"Arang mentah dibiarkan keluar dan diolah di negeri orang. Masih banyak PMA (Penanaman Modal Asing) ilegal. Harapan kita ada negative investment (daftar negatif imvestasi) dari arang," tegasnya dalam acara Forum Group Discussion (FGD) di Swiss-Belhotel Kalibata, Jakarta, Rabu (21/8).
Menurutnya, ekspor arang mentah keluar negeri menghilangkan peluang terbukanya lapangan kerja, terutama bagi tenaga kerja tidak terampil (unskilled labour). Abimanyu mengungkapkan satu pabrik arang dapat menyerap 50-100 orang.
"Kita belum berdaulat. Secara ekonomis kita bergantung dengan buyer (pembeli). Sekarang beli arang, bisa aja nanti beli kelapa (untuk diolah menjadi arang)," tuturnya.
Oleh karena itu, pihaknya mendorong ekspor arang yang sudah diolah ke luar negeri seperti briket arang. Ia mengungkapkan salah satu permintaan yang besar adalah untuk penggumaam shisha.
Abimanyu menjelaskan Indonesia masih mengekspor 217 ribu ton arang briket pada 2017 atau 27% kebutuhan dunia sebesar 800 ribu ton.
Kemudian, ia mengungkapkan sebanyak 300 pabrik briket arang menghasilkan Rp4 triliun per tahun. Adapun satu industri arang rumah tangga menghasilkan laba bersih sebesar Rp20.775.000 dengan asumsi harga arang per kilogranya sebesar Rp12.000 per kilogram.
Selain itu, pihaknya melakukan terobosan dengan membuka gudang arang di Eropa untuk mempermudah pemasaran dan distribusi.
"Memproduksi briket sangat sederhana. Tak perlu investasi besar, teknologinya sederhana," ujarnya.