
Jakarta, gatra.net - Industri dan ekonomi kreatif Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Di sisi lain, tantangan industri kreatif sangat beragam salah satunya perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi, Usaha dan Kecil Menengah Kementerian Kordinator Perekonomian, Rudy Salahuddin mengungkapkan perkembangan teknologi seperti AI, blockchain, 3D printing akan menjadi potensi dan tantangan tersendiri bagai industri kreatif Indonesia.
Perkembangan teknologi tersebut dapat dimanfaatkan oleh pelaku kreatif Indonesia dalam proses kreatif, produksi, dan distribusi produk mereka sehingga lebih inovatif dan efisien, serta memiliki akses pasar yang lebih luas.
“Potensi tersebut tidak hanya bagi pelaku kreatif di sektor terkait media dan desain, akan tetapi merupakan potensi bagi pelaku kreatif di subsektor ekonomi kreatif lainnya, seperti kriya dan kuliner,” kata Rudi kepada gatra.net, Rabu (21/8).
Tidak bisa dipungkiri dengan perkembangan teknologi akan lebih banyak barang mass production yang dapat menjadi pesaing produk kreatif. Untuk itu, Pelaku Kreatif Indonesia perlu terus meningkatkan daya saing kualitas produk, memahami selera pasar dan targeted segment, serta memperkuat brand dan promosi produk.
Rudi melanjutkan, produk industri kreatif akan berkembang bila ditopang oleh pasar yang luas. Dalam hal ini, penting untuk produsen memperkuat posisinya di dalam negeri maupun di luar negeri.
"Oleh karena itu, salah satu kata kunci dalam memperluas pemasaran ialah meningkatkan kapasitas dan membuka akses para pelaku kreatif. Apalagi, strategi pemasaran produk kreatif telah tercantum dalam Perpres No. 142 Tahun 2018 tentang Rindekraf," pungkasnya.