
Tanjung Jabung Timur, gatra.net – Lembaga Adat Melayu Kabupaten Tanjung Jabung Timur kedatangan tamu dari Malaysia. Mereka adalah tokoh adat suku Iranun di Malaysia.
Kedatangan12 orang tokoh ini untuk menemui masyarakat suku Iranun yang tinggal di Desa Teluk Majelis, Kecamatan Kuala Jambi. Selain itu juga bertujuan untuk menyempurnakan misi dalam mengukuhkan hubungan silaturrahim antara Iranun di Sabah Malaysia dan Melayu Timur di Indonesia.
Sekretaris Lembaga Adat Melayu Tanjung Jabung Timur, Ahmad Suwandi mengatakan, kedatangan para tokoh adat dari malaysia ini merupakan kali kedua. Kunjungan kali ini merupakan tindaklanjut dari kunjungan pertamanya beberapa tahun lalu. Waktu itu rombongan tersebut mencari populasi orang bersuku Iranun di Tanjung Jabung Timur.
"Menurut kabarnya, mayoritas orang suku Iranun ini tidak pulang setelah dijajah oleh Portugis. Dan pada waktu itulah mereka masuk ke Sabak ini," katanya, Jumat (16/8).
Rombongan tokoh suku Iranun Malaysia ini tiba di Sabak pada Kamis (15/8) lalu. Usai berjumpa dengan Bupati Tanjung Jabung Timur, Romi Haryanto, mereka langsung bertolak ke Kuala Jambi. Rencananya Jumat (16/8) ini mereka melakukan pertemuan dengan tokoh lembaga adat Provinsi Jambi.
Suwandi menjelaskan ciri orang bersuku Iranun ini bisa dilihat dari pola kehidupan yang masih berpegang teguh dengan budaya mereka. Seperti pencak silat, gong kulintang, lamaran penganten, dan senjata. Mereka juga memiliki kesamaan dalam memasak makan.
Sementara itu, Ketua BKI suku Iranun Sabah Malaysia, Haji Masrin Haji Hassin menyebutkan tujuan kunjungan ini untuk mempereratkan kembali hubungan silaturrahmi antara suku bangsa Iranun Malaysia dengan suku Melayu Timur di Jambi, khususnya di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat. Karena suku bangsa Iranun ini memiliki hubungan darah dan sejarah yang panjang.
"Jadi tujuan, lawatan kami adalah untuk mengeratkan lagi hubungan antara Iranun di Sabah Malaysia dan Melayu Timur di Jambi dan Riau," katanya.
Menurut sejarah, sambungnya, Sultan Mahmud III pernah meminta bantuan dari Raja Iranun untuk mengusir Belanda dari Tanjung Pinang pada 1786 lalu. Pada Mei 1787, sebanhak 30 kapal penjajah dengan 1.000 orang tentara Iranun ikut menyerang Belanda di Tanjung Pinang. Belanda kalah dan bertolaj ke Singapura. Kemudian Sultan Mahmud III memindahkan pusat kerajaannya ke Lingga.
Menurut Tuhfat Al nafis karangan Raja Ali Haji, sebagian tentara Iranun itu pulang ke Tempasuk. Sementara sebagian lagi tidak pulang dan memilih menuju ke Reteh, Ayer Hitam, Enok dan Kuala Tungkal serta Muara Sabak. Kemudian turunan Iranun tersebut dikenali sebagai suku Melayu Timur.
"Kami berharap hubungan bilateral antara rakyat di kedua negara dapat memberikan manfaat dari segi budaya dan juga ekonomi," ucapnya.