
Jakarta, gatra.net - Layanan kesehatan jiwa di Indonesia rupanya belum memiliki standar yang baik. Adapun, kritik-kritik terkait fasilitas yang kurang memadai menunjukkan bahwa kesehatan jiwa masih dianggap sebelah mata.
Keluh kesah, serta upaya-upaya perbaikan sistem pelayanan untuk kesehatan jiwa terus didorong. Melalui buku bertajuk "Jiwa Sehat, Negara Kuat", 40 penulis dari multidisplin ilmu mengkolaborasikan pemikiran mereka terhadap masa depan layanan kesehatan jiwa di Indonesia yang terus diperjuangkan.
Baca Juga: Problem Kejiwaan Remaja Tak Boleh Diabaikan
"Pada 2014, pemerintah sudah mengesahkan undang-undang mengenai kesehatan jiwa. Sayangnya, undang-undang tersebut belum dimanfaatkan dengan baik, bahkan peraturan turunannya pun tidak ada. Saya rasa, buku ini bisa menjadi pedoman untuk Menteri Kesehatan (Menkes) membuat turunannya di dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)," kata salah satu penulis sekaligus Anggota Komisi IX DPR RI, Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, Sp.KJ di Universitas Atma Jaya Jakarta, Selasa (13/8).
Mengingat, dalam pemerintahan 5 tahun kedepan, Jokowi mendengungkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul, maka penting bagi masyarakat tidak hanya sehat secara fisik tetapi juga mental. Sehingga, Menkes di periode selanjutnya diharapkan dapat mendukung SDM yang berkualitas melalui siklus kehidupan di dalam UU Kesehatan Jiwa.
"Seharusnya, Indonesia sudah memiliki pusat kesehatan jiwa sejak 4 tahun yang lalu. Jika hal itu terjadi, Kemenkes hanya perlu memberikan formulasi kesehatan jiwa untuk dapat diimplementasikan dalam pembangunan SDM yang unggul dan berkualitas," sambungnya.
Baca Juga: Begini Terapi TMS yang Aman untuk Penderita Skizofrenia
Psikolog Universitas Atma Jaya Jakarta, Dr. Nani Nurrachman menambahkan, di dalam buku ini tidak hanya mengkritisi bagaimana persoalan layanan kesehatan jiwa yang belum cukup baik. Tetapi juga mengenai penanganan kesehatan jiwa dari sisi psikososial maupun secara kultural.
"Buku ini bisa menjadi cerminan kesehatan mental di Indonesia yang sangat kompleks karena mengandung beragam unsur. Bicara kesehatan jiwa di Indonesia spektrumnya luas ya, mulai dari biomedical model sampai psikokultural. Di sini, kami memiliki peluang berdialog untuk memahami kesehatan jiwa dalam konteks masyarakat Indonesia yang multikultural," pungkasnya.