
Aden, gatra.net - Koalisi pimpinan Saudi melakukan intervensi di Aden pada hari Minggu (11/8) untuk mendukung pemerintah Yaman. Tindakan itu dilakukan pasca separatis selatan secara efektif mengambil alih kota pelabuhan sekaligus mematahkan aliansi yang telah memerangi gerakan Houthi yang berpihak Iran.
Pengambilalihan terjadi sejak Kamis (8/8) untuk mengendalikan kota pelabuhan yang berfungsi sebagai “markas” sementara pemerintah Yaman yang didukung internasional, termasuk Saudi.
Menurut data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Pertempuran pada Kamis tersebut menewaskan 40 orang dan melukai 260 orang.
"Sangat menyedihkan bahwa selama Idul Adha keluarga berduka atas kematian orang yang mereka cintai daripada merayakan bersama dalam damai," kata Koordinator Kemanusiaan PBB, Lise Grande di Yaman kepada Reuters pada Minggu (12/8).
"Perhatian utama kami saat ini adalah untuk mengirim tim medis menyelamatkan yang terluka. Kami juga sangat khawatir dengan laporan bahwa warga sipil yang terperangkap di rumah mereka kehabisan makanan dan air," tuturnya.
Koalisi Muslim Sunni yang dipimpin Saudi mengatakan pihaknya menyerang daerah yang menimbulkan "ancaman langsung" kepada pemerintah Presiden Yaman, Abd-Rabbu Mansour Hadi, tanpa memberikan perincian.
Sebagai tanda dukungan untuk presiden Yaman yang terkepung, Raja Arab Saudi, Salman bertemu dengam Hadi pada hari Minggu di Mekkah, di sela-sela perjalanan haji, sebagaimana dilaporkan kantor berita saudi SPA. Pertemuan itu membahas upaya mencapai keamanan dan stabilitas di Yaman.
Seorang pejabat setempat mengatakan koalisi telah menargetkan pasukan separatis di sekitar istana presiden, yang hampir kosong di distrik Kawah. Sementara itu, Hadi berbasis di ibukota Saudi, Riyadh.
"Ini hanya operasi pertama dan akan diikuti yang lain. Dewan Transisi Selatan (STC) masih memiliki kesempatan untuk mundur," kata TV pemerintah Saudi.
Beberapa jam setelah pengumuman koalisi, tidak ada indikasi pasukan STC bersiap meninggalkan kamp militer pemerintah, yang mereka rampas pada hari Sabtu (10/8).
"STC bersedia bekerja dengan koalisi yang dipimpin Saudi untuk meredakan krisis dan terus memerangi "ekspansi Iran," kata Presiden STC, Aidaroos al-Zubaidi dalam sebuah pernyataan pada Minggu malam.
Dia menambahkan Dewan bersedia menghadiri pertemuan darurat yang disiap Riyadh terkait perkembangan terakhir. Namun, tidak menjawab permintaan koalisi yang ditariknya.
Wakil Presiden STC, Hani Ali Brik, menulis di Twitter dalam sambutannya menjelang Idul Adha, mengatakan apabila Dewan tetap berkomitmen untuk koalisi, mereka tidak akan bernegosiasi di bawah tekanan. Meski sebelumnya mereka telah menyetujui gencatan senjata.
Separatis yang didukung Uni Emirat Arab (UEA) dan ingin berpisah dengan utara, bersaing dengan pemerintah Hadi atas masa depan Yaman. Namun, STC telah menjadi bagian penting dari koalisi untuk melawan Houthi, setelah kelompok itu menggulingkan Hadi dari kekuasaan pada akhir 2014.
Bentrokan di Aden dimulai pada hari Rabu (7/8) setelah separatis menuduh partai Islam yang bersekutu dengan Hadi terlibat dalam serangan rudal terhadap parade militer pasukan selatan di Aden.
Para pengamat mengatakan Abu Dhabi dan Riyadh, sekutu Muslim Sunni bersatu melawan Iran Syiah, akan bekerja sama untuk mengatasi krisis meskipun UEA pada Juni, guna mengurangi kehadiran militernya di Yaman ketika tekanan Barat meningkat untuk mengakhiri perang.
"UEA dan Arab Saudi telah bersekutu dengan mitra Yaman yang berbeda. Namun sampai titik ini dalam konflik. Abu Dhabi dan Riyadh telah bekerja untuk mempertahankan perbedaan antara kepentingan yang bersaing di Selatan," ungkap analis senior di International Crisis Group, Elizabeth Dickinson kepada Reuters.