
Bandung, gatra.net - Erupsi Gunung Tangkubanparahu sedangkan berlangsung, masyarakat diimbau untuk tidak berada dalam radius 500 meter dari bibir kawah.
"Biasanya, konsentrasi pengunjung berada di sekitar bibir kawah. Jarak dari pusat erupsi ke bibir kawah sekitar 400 meter. Artinya, sampai tempat parkir atas pun masih masuk dalam radius 500 meter," kata Kabag TU PVMB, Gede Suantika, di Ruang Monitoring PVMBG, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (27/7).
Gede menambahkan, erupsi yang terjadi di Gunung Tangkubanparahu bukan kali pertama. Enam tahun lalu, pada 6 Oktober 2013, Gunung Tangkubanparahu juga mengalami kejadian yang sama.
"Tidak lebih besar dari yang sebelumnya, kondisinya juga sama," katanya.
Meski Gede tetap mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas di sekitar kawah, lantaran kondisinya masih belum stabil. Bukan itu saja, disarankan warga di sekitar Gunung Tangkubanparahu selalu memakai masker supaya abu tidak terhirup.
"Hembusan gas vulkanik ini juga berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan jiwa," ucapnya.
Gunung Tangkubanparahu mengalami erupsi berupa letusan freatik pada Jumat Sore kemarin (27/7). Letusan freatik merupakan letusan yang tidak melibatkan magma segar.
Berdasarkan data deformasi dalam sebulan terakhir Gunung Tangkubanparahu mengalami inflasi atau penggembungan akibat adanya tekanan dari bawah. Tekanan itulah yang mengakibatkan erupsi.
Meski bukan erupsi besar, namun tetap berbahaya bagi kesehatan. Terutama kandungan gas vulkanik beracun, Hydrogen Sulfide (H2S) dan Sulfur Dioksida (SO2). Serta abu erupsi yang menyebabkan gangguan pernapasan.
Sampai saat ini, aktivitas Gunung Tangkubanparahu masih berada di Level I atau Normal dan PVMBG tetap melakukan evaluasi untuk antisipasi kenaikan tingkat ancaman.