
Jakarta, gatra.net- Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan pergerakan ekonomi Indonesia cenderung positif. Hal ini dilihat dari kinerja fiskal pada semester I pada 2019.
"Kondisi ini diiringi dengan beberapa outlook," jelas dia di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (16/7).
Kinerja fiskal pertama bisa dilihat pada pendapatan negara yang berada di kisaran 93,8% terhadap APBN 2019. Hal ini dapat dilihat dari outlook perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
"Untuk perpajakan akan tumbuh 8,2%, dengan penyumbang terbesar ialah pajak non migas sebesar 10,5%," ujar Sri. Sedangkan PNBP, akan dipengaruhi oleh penerimaan kekayaan negara yang dipisahkan antara lain, Indonesia Crude Price (ICP), nilai tukar, lifting, dan cost recorvery.
Kedua, belanja negara berada di kisaran 95,1% terhadap APBN 2019. Hal ini dapat dilihat dari outlook belanja pusat dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD).
Outlook belanja pusat diperkirakan sebesar 93,4%, dengan penyumbang terbesar oleh belanja kementerian atau lembaga (K/L), subsidi BBM, LPG, ICP, dan kebijakan solar sebesar 99,9%. Sedangkan, TKDD diperkirakan menyumbang sebesar 98,5% karena turunnya penerimaan negara dari Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik 95% dan non fisik 95,9%.
Ketiga, defisit yang dapat dijaga pada kisaran 1,93% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). "Hal ini dipengaruhi oleh keseimbangan primer yang tumbuh sebesar kurang Rp34,7 triliun," jelas Sri.
Keempat, pembiayaan anggaran yang berada di kisaran 105,0%. Hal ini terdiri dari rasio utang yang berada di 29,5% terhadap PDB dan Surat Berharga Negara (SBN) Neto sebesar Rp381,8 triliun.
"SBN ini lebih rendah dari apa yang dianggarkan sebesar Rp388,9 triliun," kata Sri.
Sementara itu, apabila dilihat dari keempat faktor, APBN hingga akhir 2019 akan terkendali. "Masih ditingkat aman sekitar 1,93% terhadap PDB," tutup Sri.