
Jakarta, gatra.net - Sejumlah 781 Calon Perwira Remaja (Capaja) TNI dan Polri mendapatkan pembekalan sebelum dilantik menjadi perwira yang akan dilantik oleh Presiden Joko Widodo pada Kamis (16/7) mendatang. Unsur kemajemukan tercermin dari ratusan Capaja ini. Tidak hanya dari latar belakang keluarga TNI atau Polri, ada juga capaja yang memiliki latar belakang kemampuan ekonomi menengah.
Bahkan, anak guru dan petani pun bisa memperoleh prestasi terbaik dan meraih gelar Adhi Makayasa. Mereka adalah Brigadir Satu Taruna Muhammad Idris dari Akademi Kepolisian yang merupakan anak seorang petani dan Sersan Mayor Satu Taruna Muhammad Ihza dari Akademi Angkatan Udara yang merupakan anak seorang guru.
Komandan Jendral (Danjen) Akademi TNI, Laksamana Madya TNI Aan Kurnia menyampaikan bahwa hal tersebut menandakan dalam pendidikan TNI dan Polri tidak hanya didominasi oleh orang yang memiliki latar belakang keluarga yang sama.
"Yang perlu kami sampaikan juga ke rekan-rekan bahwa peraih Adhi Makayasa atau yang terbaik ini tidak dominan putra-putri dari TNI maupun Polri, bahkan ada putra petani dan guru," ucapnya kepada wartawan di GOR Ahmad Yani Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Rabu (11/7).
Brigadir Satu Taruna Muhammad Idris mengatakan dalam proses pendidikannya di Akademi Kepolisian, ia tidak pernah diminta uang bayaran dan tidak mengeluarkan biaya sepeserpun.
"Kalau untuk stereotype tentang itu pasti sudah dihapuskan, tidak pernah ada. Alhamdulillah. Kalau saya dimintai uang untuk masuk Akpol saya [bayar] dengan apa?" kata Idris.
Danjen Aan kembali menegaskan bahwa memang untuk masuk dan menjadi taruna saat ini tidak memerlukan biaya. Sehingga dari kalangan manapun bisa mengikuti proses pendidikan bahkan berprestasi.
"Bohong itu kalau masuk Akademi TNI dan Kepolisian bayar. Ini buktinya sendiri. Mohon maaf, anak yang ekonominya menengah ke bawah bisa masuk bahkan menjadi yang terbaik," pungkas Aan.