
Semarang, gatra.net - "Musim politik" mempengaruhi penjualan properti di Kota Semarang. Dalam tiga kali pameran perumahan, sejak awal 2019, kondisi penjualan tidak sesuai dengan yang diharapkan pengembang.
Ketua Property Expo Semarang, Dibya Hidayat, mengatakan, dari tiga kali pameran di kota Semarang, potensi penjualannya tidak tembus hingga 60 unit. Bahkan, di tiga bulan terakhir yang berbarengan dengan pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) 2019, penjualan perumahan cenderung stagnan.
"Yang susah itu adalah untuk merealisasikan menjadi sebuah transaksi. Harga sebenarnya memang tidak ada masalah, mungkin ya karena iklim politik dalam negeri," katanya di Semarang, Kamis (11/7).
Ia berharap, setelah pelaksanaan pemilu ini bisa potensi penjualan perumahan di Kota Semarang bisa meningkat. Sebab, penurunan potensi penjualan terjadi di semua segmen perumahan. "Masa wait and see seharusnya sudah selesai, karena kemarin market itu selalu menunggu terus. Sekarang kita lihat di pameran kali ini, sampai nanti jelang akhir tahun," ujarnya.
Ia mengemukakan, sebenarnya permintaan perumahan masih cukup tinggi. Hanya saja, banyak calon pembeli yang kemudian memilih menunda pembelian rumah. Dibya berharap, pada semester kedua tahun ini pasar properti di kota Semarang sudah membaik, Sehingga mampu memberikan angin segar bagi para pengembang perumahan.
"Kita harapkan penjualannya bisa mencapai di angka-angka yang memuaskan. Karena selama ini, kami merasa ada sesuatu yang tidak beres sama jumlah permintaan perumahan," katanya.
Perlu diketahui, Property Expo Semarang ke-4 mulai dibuka pada 10-21 Juli 2019 di Atrium Mal Paragon. Pameran tersebut diikuti delapan pengembang yang menawarkan rumah tapak hingga rumah susun atau apartemen.