
Jakarta, gatra.net - Organisasi World Wild Fund for Nature (WWF) Indonesia diketahui telah lama melakukan kegiatan konservasi di Indonesia. Beberapa kegiatan konservasi yang menarik perhatian di antaranya konservasi untuk satwa badak Jawa bercula satu sejak 1992, konservasi harimau Sumatera pada 1997, dan konservasi hiu paus dimulai 2006.
Direktur Kemitraan WWF Indonesia, Ade Swargo Mulyo mengatakan hingga saat ini terdapat 21 spesies yang dikonservasi WWF. Di antaranya orang utan Sumatera, gajah Sumatera, dan penyu. Namun harimau Sumatera, badak Jawa bercula satu, dan hiu paus menjadi fokus utama dari WWF.
“Ketiga endemik tersebut menjadi fokus dari WWF Indonesia saat ini sebab hewan-hewan tersebut dalam kondisi hampir punah. Sehingga nanti donasi yang kami terima dalam kolaborasi Fashion Habitat akan digunakan untuk mengonservasi ketiga endemik itu agar tetap terus bertahan hidup dan tidak mencapai kepunahan,” ujar Ade saat ditemui gatra.net seusai konferensi pers di kawasan Senayan City, Jakarta Pusat, Selasa (9/7).
Ade mengatakan satwa berhubungan dengan ekosistem. Apabila satwa mengalami kepunahan, maka ekosistem akan terganggu dan manusia akan terkena imbasnya. Rantai ekosistem yang berkesinambungan tersebut penting dijaga untuk keseimbangan alam di Indonesia.
“Apabila satwa Indonesia mengalami kepunahan maka keseimbangan alam akan terganggu sebab satwa, manusia, dan alam adalah rantai ekosistem. Misalkan orang utan selama ini dapat mengusir hama dan menebarkan benih untuk menumbuhkan keberagaman pohon, namun apabila mereka punah, maka akan mengganggu ekosistem sekitar dan keseimbangan alam,” ungkapnya.
Untuk mendukung program konservasi tersebut, Ade menyebutkan perlu dorongan dan sinergitas semua pihak. Pemerintah sebagai pemangku kepentingan memiliki andil yang besar terhadap program konservasi satwa. WWF Indonesia menurutnya terus mendorong semua stakeholders untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian terhadap satwa langka Indonesia.