
Pekanbaru, gatra.net - Partai politik (parpol) yang belum beruntung pada ajang Pemilu 2019 sebaiknya tetap terus membina massa di akar rumput (grassroot). Pengamat komunikasi politik Universitas Muhammadiyah Riau, Aidil Haris mengatakan, gelaran Pemilu telah membuktikan kalau parpol dengan bassis masa yang kuat selalu lolos ke parlemen.
"Lewat Pemilu itu juga kelihatan kalau pembinaan konstituen yang sifatnya berkelanjutan lebih mampu mengikat suara ketimbang perangkulan dengan cara dadakan. Torehan PDI Perjuangan tidak lepas dari kuatnya pengaruh partai di akar rumput. Begitu juga dengan PKB dan PKS, partai ini punya massa yang jelas. Jadi partai yang belum beruntung ke Senayan, bisa membikin konsep pendekatan ke konstituen sejak jauh-jauh hari," katanya kepada gatra.net, Kamis (4/7).
Pemilu 2019 menjadi ajang pembuktian kebolehan kerja mesin politik milik parpol lama. Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU), hanya 8 parpol yang berhasil menembus ambang batas parlemen 4 persen dan parpol pendatang baru belum mampu merebut satu kursi pun di Senayan.
Kata Aidil, selain perlunya membangun komunikasi politik di akar rumput secara berkelanjutan, sikap fleksibel parpol tetap diperlukan dalam melihat fakta di lapangan. Sikap itu dibutuhkan agar parpol bisa menyesuaikan tema komunikasi dengan massa yang sudah dibina.
"Jadi tidak sekadar usia partai, tapi juga memahami realita di tengah pemilih. Kalau partai bersikap kaku, maka besar peluangnya massa yang sudah terbentuk akan berkurang. Misalkan saat ini pemilih kalangan millenial tergolong besar, mereka tentu punya bahasa - bahasa tersendiri, sehingga jika kelompok ini didekati dengan gaya komunikasi untuk generasi di atasnya, tentu tidak akan efektif," urainya.
Di DPRD Riau sendiri Partai PDI Perjuangan dan Partai PKS menjadi partai yang berhasil menambah perolehan kursi. Kalau PDI Perjuangan berhasil menambah satu kursi menjadi 10 kursi untuk Pemilu 2019, maka PKS berhasil mengamankan 7 kursi dari total 3 kursi pada Pemilu 2014. Sementara itu Partai Golkar menjadi partai yang menunjukan penurunan raihan kursi. Jika pada Pemilu 2014 Partai Beringin berhasil menyegel 14 kursi, pada Pemilu 2019 Golkar cuma kebagian 11 kursi.
"Golkar, di luar efek politik identitas, penurunan kursinya kemungkinan juga dipengaruhi oleh pemilih yang lebih di dominasi kaum tua," kata Aidil.