Menurut Mego, perpustakaan sangat penting sebagai pusat peradaban. Kegiatan perpustakaan serta pengarsipan koleksi sejarah saat ini tidak lagi sekedar merawat dan mempertahankan koleksi, namun juga untuk menjaga dan mempertahankannya.

 

"Selain dituntut mampu melakukan, menjaga, dan mempertahankan koleksi, tantangan kita saat ini adalah bagaimana publik dapat mengakses dan memanfaatkan koleksi-koleksi bernilai sejarah," ungkap Mego saat ditemui gatra.net. 

 

Dalam rangka meningkatkan pemahaman publik mengenai kegiatan pengarsipan koleksi sejarah Indonesia, LIPI bersama Koninklijk Instituut voor Taal-, Land-en Volkenkunde (KITLV) mengadakan seminar Indonesian Heritage and Library Collection sekaligus merayakan 50 tahun keberadaan KITLV di Indonesia. Dijelaskan Mego, LIPI dan KITLV telah bekerjasama sejak 2002 berdasarkan persetujuan kebudayaan antara Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda yang dimulai tahun 1968. 

 

"Kerja sama tersebut antara lain dalam proyek penelitian ilmu sosial dan kemanusiaan, terjemahan dan penerbitan karya ilmiah dalam bahasa Indonesia, dokumentasi ilmiah, seminar dan diskusi ilmiah," kata Mego. 

 

Lebih jauh dirinya mengatakan bahwa LIPI akan terus meningkatkan kualitas pendokumentasian arsip informasi ilmiah dan penyediaan akses kepada publik melalui mekanisme digital. Hal tersebut disebabkan kegiatan perpustakaan serta pengarsipan koleksi sejarah saat ini bukan hanya persoalan perawatan dan pengarsipan koleksi.

 

"Pengambilan informasi sekarang difasilitasi oleh jaringan internet yang menyediakan akses ke arsip digital yang dapat diunduh dari aplikasi yang dimiliki oleh perpustakaan," pungkasnya.