
Jakarta, gatra.net – Angka prevalensi stunting di wilayah DKI Jakarta terbilang rendah yakni hanya sebesar 27,2%. Namun, untuk sebuah kota yang menjadi pusat kemajuan fasilitas, infrastruktur serta informasi kesehatan, angka tersebut cukup mengherankan.
Dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II, Syarief Darmawan mengatakan, bahwa hal ini terjadi lantaran banyak ibu yang sibuk bekerja.
“Itu karena perilaku, melihat survei pemberian ASI eksklusif di DKI Jakarta ini rendah. Apalagi, ibu-ibu yang berada di kota besar seperti Jakarta kan sibuk bekerja, terkadang tidak terlalu intens dalam memberikan asupan ASI kepada anak-anak mereka,” katanya usai siding terbuka gelar doktor di Imeri FKUI, Senin (17/6).
Pada penelitian disertasinya yang juga mengangkat topik terkait stunting, Syarief mengambil sampel di wilayah Kampung Melayu, Jakarta Timur. Di sana, menjadi daerah dengan rata-rata banyak terjadi stunting.
“Di daerah Kampung Melayu itu selain dari faktor kebersihan dan sanitasi yang dapat menyebabkan stunting, karena ibunya bekerja. Ada yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, yang sosial ekonominya ke bawah,” lanjutnya.
Indonesia memang perlu memperhatikan isu stunting ini, apalagi angkanya di Indonesia masih tinggi. Paling banyak stunting ini mulai berdampak pada anak-anak dengan usia di bawah dua tahun. “Sebenarnya, masalah kesehatan seperti stunting mencapai lebih dari 20 saja itu sudah memprihatinkan dan menyebabkan sejumlah penyakit akibat stunting,” terang Syarief.