
Jakarta, gatra.net - Ketua Asosiasi Hortikultura, Anton Muslim Arbi, mengatakan, meningkatnya permintaan selama Lebaran 1440 H dan belum datangnya masa panen merupakan salah satu penyebab terjadinya kenaikan harga bawang merah dan cabai merah.
"Apabila stok sedikit dan kebutuhan tinggi, otomatis harga akan naik," katanya kepada gatra.net pada Senin (10/6).
Kemudian, lanjut Anton, sejumlah daerah penghasil bawang merah dan cabai merah sebelumnya terkena pengaruh musim hujan. Ini menyebabkan stok bawang merah dan cabai merah menjadi sedikit.
Namun, ia menyayangkan kenaikan harga tersebut hanya dinikmati oleh para spekulan dan tengkulak. "Kalau dinikmati tengkulak, itu menjadi tugas pemerintah [untuk] mengubah itu," ujarnya.
Kemudian, Anton menyarankan agar Bulog menyerap cabai petani dan pemerintah melakukan pembinaan secara proaktif kepada petani.
Manager Toko Tani Indonesia Center (TTIC), Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan), Inti Pertiwi Nashwari, menilai kenaikan harga disebabkan oleh sulitnya mencari pemanen (pemetik) selama Lebaran.
"Lebaran enggak ada yang metik, mereka juga Lebaran. Susah saya [mencari pemasok]," ujarnya ketika ditemui gatra.net. Hal ini menyebabkan Kementan melalui TTI baru mengadakan operasi pasar cabai merah dan bawang merah mulai Senin (10/6).
Selain itu, Inti menjelaskan terhambatnya distribusi selama arus mudik dan balik turut meningkatkan harga kedua komoditas di tingkat konsumen. "Hari ini masih dibatasi untuk angkutan barang," ungkapnya.
Menurutnya, kebijakan satu arah yang diterapkan di beberapa ruas jalan turut mengganggu distribusi, terutama ketika arus mudik (satu jalur keluar Jakarta).
Inti beranggapan dalam waktu dekat harga akan kembali normal. "Harusnya hari ini sudah ada yang masuk Kramat Jati [Pasar Induk]. Seharusnya besok [harga] sudah normal," katanya.
Optimisme yang sama juga disuarakan oleh Anton. Ia memprediksi harga bawang merah dan cabai merah mulai turun awal Juli seiring dengan menurunnya permintaan pasca-Lebaran.