
Jakarta, gatra.net - Pihak kepolisian, melalui Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengungkap kronologi bentrok antar warga desa di Buton, Sulawesi Tenggara.
Berawal dari konvoi sepeda motor para pemuda Desa Sampoabalo melewati Desa Gunung Jaya pada Selasa (4/6) lalu sekitar pukul 21.00 WIB. "Sehingga membuat masyarakat di sana resah. Kemudian situasi tersebut ternyata sebagai salah satu pemicu," ujar Dedi di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (7/6).
Pada Rabu (5/6) sekitar pukul 13.00 WIB, seorang pemuda dari Desa Sampoabalo akan bersilaturami ke rumah saudaranya dengan melewati Desa Gunung Jaya. Ketika tengah melewati desa tersebut, pemuda dari Desa Gunung Jaya secara sengaja memanah pemuda Desa Sampoabalo.
"Ada pemuda dari Desa Gunung Jaya membusur. Dia menembak dengan menggunakan busur dari besi, itu mengenai dada sebelah kiri [korban]. Kemudian pemuda tersebut langsung melaporkan kepada masyarakat yang ada di desa Sampoabalo," jelas Dedi.
Sekitar pukul 14.00 WIB, secara spontan sebanyak 100 lebih warga Desa Sampoabalo melakukan penyerangan ke Desa Gunung Jaya. Sekitar 50 rumah dibakar beserta satu unit mobil dan motor. Aparat kepolisian dan TNI berusaha untuk meredam, melokalisir agar kejadian tersebut tidak meluas.
Namun pada Kamis (6/6) bentrokan susulan justru terjadi dan melibatkan kelompok etnis tertentu. Mereka bergabung dengan warga Desa Gunung Jaya untuk melakukan serangan balik. Sehingga mengakibatkan beberapa orang terluka dan dua orang meninggal dunia.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, bentrok antar warga desa di Buton, Sulawesi Tenggara yang terjadi pada Rabu (5/6) lalu tersebut mengakibatkan 87 rumah dibakar, dua warga tewas, 8 orang luka-luka, dan 871 orang mengungsi.