
Semarang, gatra.net — Tradisi membagi-bagikan zakat mal oleh Tasripin, saudagar pribumi kaya raya Semarang pada masa penjajahan Belanda, masih berlanjut sampai sekarang. Tradisi ini diteruskan oleh keturunan Tasripin dengan membagikan zakat dan sedekah kepada warga kurang mampu di kawasan Kota Lama Semarang, setiap menjelang Lebaran. Keturunan Tasripin, Anton H.M. Budiarto, membagikan zakat itu pada Sabtu (1/6) lalu.
Warga yang sudah mengetahui adanya tradisi ini pun terlihat sudah pada antre selepas subuh. Antrean itu mengular mulai dari Polsek Semarang Utara hingga SPBU Bubakan, sejauh 500 meter. Padahal, pembagian zakat baru dilakukan pada pukul 07 .00. Mereka berjalan secara berurutan untuk menerima zakat mal dengan pengawasan dari petugas TNI dan Kepolisian.
Menurut Anton, pada beberapa tahun terakhir pembagian zakat mal itu dilakukan di masjid. Namun masyarakat meminta untuk dilakukan seperti pada awalnya, yaitu di rumah. “Jadi kami melestarikan apa yang sudah bapak-ibu lakukan dulu,” kata Anton kepada gatra.net.
Menurut Anton, Jumlah uang yang diberikan dilihat dari kebutuhan penerima. Kaum manula tentu akan menerima uang lebih banyak dibandingkan anak kecil dan remaja. “Memang untuk besar-kecilnya zakat mal itu tergantung. Kalau untuk lansia biasanya diberi uang sebesar Rp 100 ribu, kalau anak-anak dan remaja kisaran Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu,” katanya.
Salah warga Bandarharjo-Semarang Sulami Kaslan (56), mengaku sudah datang sejak pukul 05.00 WIB. Ia berencana menggunakan uang tersebut untuk keperluan anak dan cucu saat Lebaran. “Kalau pas pembagian zakat ini sudah menempati urutan pertama karena (datang ketika) masih sepi,” katanya. Semakin siang, jumlah pengantre memang semakin banyak. Jumlah totalnya mencapai ribuan.