Home Ekonomi Tak Hanya Arangnya, Harga Kulitnya Malah Bikin Ngiler

Tak Hanya Arangnya, Harga Kulitnya Malah Bikin Ngiler

Karimun, gatra.net - Ini bisa jadi kabar gembira bagi masyarakat, tapi bisa pula menjadi ancaman dan bahkan jadi malapetaka bagi keberlangsungan hidup pohon bakau.

Sebab belakangan orang tak lagi hanya berharap pada batang bakau yang jadi duit setelah disulap menjadi arang, tapi kulit pohon bernama latin Rhizopora ini juga sudah laku di pasaran luar negeri. Banderolnya juga lumayan; sekitar Rp7000 perkilogram.

Selasa (21/5), Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menjadi kali pertama mengekspor kulit bakau itu ke Philipina. Total kulit kayu yang diekspor itu menjadi 20 ton. Tidak dijelaskan apakah kulit kayu itu dalam keadaan kering atau masih basah.

Yang pasti nilai ekspor kulit bakau hasil kerjasama Stasiun Karantina Pertanian Klas IIB Tanjungbalai Karimun dengan eksportir dan masyarakat Pulau Kundur ini ditaksir mencapai Rp140 juta.

Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil mengatakan bahwa inilah kali pertama kulit pohon bakau diekspor orang keluar negeri dan baru dilakukan oleh Karimun.

"Ini komoditas baru yang mungkin belum ada di daerah lain. Kami baru dengar di sini. Dan ini perdana ekspor kulit bakau. Ini berpotensi, kalau bisa kita olah dululah baru dikirim," pinta Ali.

Bernilai ekonomisnya kulit bakau tadi ternyata tidak lepas dari kasiat yang dikandung. Kulit kayu itu bisa dipakai sebagai pewarna makanan, bahan kertas dengan kualitas cukup tinggi dan bisa pula menjadi obat berbagai macam penyakit seperti diabetes, demam, kaki gajah, ginjal, dan lainnya.

Bupati Karimun, Aunur Rafiq yang ikut dalam pelepasan ekspor kulit kayu bakau itu berharap masyarakat dan eksportir bisa lebih kreatif lagi menengok peluang-peluang komoditi lain yang bisa diekspor.

Bahkan produk pertanian seperti nanas, pisang, rumput laut dan komoditi lainnya sudah bisa ditingkatkan meski secara bertahap.

"Mudah-mudahan makin terbuka cakrawala kita untuk komoditi-komiditi lain yang bisa diekspor. Sebab di daerah kita juga ada sagu, gambir dan pinang," ujarnya.

Data Indonesian Quarantine Full Automation System (IQFAST) Stasiun Karantina Karimun tahun lalu mencatat bahwa ekspor daging kelapa mencapai 4.975 ton (Rp39,3 miliar), air kelapa sebanyak 940 ton (Rp1,3 miliar).

Tahun ini jumlah ekspor daging kelapa dari Tanjungbalai Karimun hingga di bulan Mei meningkat 23,91 persen menjadi 6.742 ton dan air kelapa meningkat menjadi 1.340,35 ton.

Lantas untuk alpukat yang dikirim ke Malaysia juga mengalami peningkatan sebesar 14,32 persen dari yang tadinya 4,6 ton menjadi 7,8 ton.


Reporter: Putri Permata Sari

1449