
Sleman, gatra.net - Serangan terhadap pemerintah melalui media sosial Twitter jelang pemungutan suara Pemilu 2019 lalu sangat besar. Meski begitu, calon presiden petahana Joko Widodo tetap unggul melawan strategi-strategi lawan akn pro Prabowo yang mendominasi Twitter.
Peneliti dari Center for Digital Society Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Iradat Wirid menjelaskan, pemerintah diserang akun-akun Twitter oposisi yang mempunyai pengikut amat banyak.
"Tapi mungkin tidak cukup kuat mengalahkan Jokowi," kata Iradat di konferensi pers di kampus Fisipol UGM, Selasa (21/5).
Serangan ke petahana melalui Twitter dianggap mampu menurunkan elektabilitas Jokowi. Melalui indeks salah satu lembaga survei, tahun lalu elektabilitas Jokowi sekitar 60 persen, namun menjelang pemilu turun di angka sekitar 55 persen.
"Memang tidak secara langsung, tapi menjadi salah satu faktor penurunan keterpilihan Pak Jokowi. Karena orang yang menggunakan Twitter juga segmented," katanya.
Kuatnya Jokowi di Twitter ini karena ia telah punya modal yakni aktif di Twitter sejak tujuh tahun lalu. Jokowi pun sudah populer dan mempunyai banyak pengikut, yakni 11,37 juta hingga 16 Mei lalu.
Adapun pasangan Prabowo-Sandi belum lama aktif di Twitter. Akun Sandiaga mulai aktif ngetwit sejak ia terpilih sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017.
Di Twitter, pendukung Prabowo-Sandi memakai strategi lebih mengangkat Sandi dibandingkan Prabowo. Sebab, Sandiaga dianggap lebih disukai oleh kaum milenial dibandingkan sang capres.
Iradat mencatat sejumlah 10 akun Twitter yang getol menyerang Jokowi yakni akun Fahri Hamzah, Rocky Gerung, dan Fadli Zon. Ada pula akun Twitter yang berperan menguatkan pernyataan dari Sandiaga dan Prabowo, terutama akun milik juru bicara capres tersebut, Dahnil Anzar.
"Kubu Prabowo-Sandi hampir semuanya saling terkoneksi satu sama lain dengan saling retweet dan like," katanya.
Ia menjelaskan, cuit pendukung Prabowo-Sandi di Twitter mampu mendapat perhatian netizen Twitter. Sebab 10 akun Twitter terpopuler soal pemilu didominasi oleh pihak mereka. Namun pemuncak 10 akun terpopuler itu tetap Jokowi.
Hingga 16 Mei, akun Sandiaga punya followers paling banyak 1,57 juta, disusul Fadli Zon 1,23 juta followers dan Fahri Hamzah 1,11 juta followers, dan Rocky Gerung 923.173 followers. Selanjutnya ada akun Dahnil Anzar, Cak Khum, Mustofa Nahrawardaya, dan Haikal Hassan.
Treviliana Eka Putri, peneliti CfDS Fisipol UGM menambahkan, di antara akun-akun populer itu, ada salah satu akun yang tidak secara formal terasosiasi ke pendukung Jokowi dan Prabowo, yakni akun milik Mahfud MD dengan pengikut 2,81 juta akun.
Mahfud berperan menjembatani kedua pendukung capres. "Dia cukup netral, menggunakan bahasa hukum, pemilu, Indonesia. Sebagai tokoh nasional, ia bisa menjembatani kedua belah pihak dibanding akademisi lain. Dia bisa masuk sepuluh besar. Pendapatnya dipandang sebagai pendapat valid," ucapnya.