
Solo, gatra.net – Kampung Batik Laweyan menjadi salah satu daya tarik Kota Solo. Di sentra pembuatan dan penjualan batik ini, salah satu toko, Mahkota Batik Laweyan, menyimpan keunikan tersendiri.
Bukan hanya menjual dan menyajikan tontonan pembuatan batik, Mahkota Batik Laweyan memiliki daya pikat lain bagi wisatawan. Tempat ini tengah memproduksi kain-kain batik dengan lafal dan surat Al-Quran. Jika telah lengkap, karya ini menjadi Al-Quran dalam wujud kain batik.
Saat gatra.net menyambangi toko ini, Mahkota Batik Laweyan layaknya toko batik biasanya. Namun saat pengunjung ingin melihat proses pembuatan batik Quran, pengunjung akan dibawa ke satu ruang di rumah tersebut.

Di ruang ini, terhampar kain-kain sekitar satu meter persegi yang tengah diangin-anginkan. Kain ini dijajarkan memenuhi ruangan. Saat itu, Manajer Produksi Batik Quran Mahkota Laweyan, Muhammad Taufan Wicaksono, menata satu per satu lembaran kain cikal-bakal Quran batik.
Salah satu lembaran kain memuat surat Al-Munafiqun. Kain lain masih dibentangkan di seutas tali, menunggu benar-benar kering. Setiap lembar kain itu berukuran 95x115 centimeter.
Tahun ini menjadi Ramadan ketiga bagi Mahkota Batik Laweyan merampungkan pembuatan Quran batik. ”Prosesnya sudah kami mulai sejak Ramadan 2016 lalu,” ucap Taufan.
Awalnya, semangat pembuatan Quran batik ini untuk berdakwah. Dengan begitu, saat datang ke Mahkota Batik Laweyan, wisatawan tak hanya melihat proses pembuatan batik atau berbelanja. Pengunjung juga bisa melihat batik Quran ini. ”Dari semangat itu akhirnya kami mengaplikasikan Quran dalam lembaran kain batik,” jelas Taufan.
Saat ini, 28 dari 30 juz atau bagian di Al-Quran telah selesai dikerjakan melalui proses batik. Pembuatannya melalui tiga tahap, yakni menjiplak, lalu membatik, dan terakhir tahap pewarnaan.
”Proses penjiplakan sudah selesai. Untuk proses pembatikan kurang sedikit lagi. Kami perkirakan akhir tahun bisa selesai,” ujar Taufan.
Pembuatan Quran batik ini memang lama. Tidak sembarang orang bisa membatik ayat-ayat Quran untuk karya ini. Batik Quran harus dibuat secara hati-hati. Sekali salah menorehkan ayat saat membatik, maka prosesnya harus diulang.
”Kalau penjiplakan lebih mudah. Biasanya kami mengajak murid SMK yang praktik kerja lapangan di sini. Tapi kalau pembatiknya hanya satu orang, sebab kami tidak ingin banyak kesalahan. Tidak semua bisa membatik Quran,” ujarnya.
Setelah proses pembatikan selesai, semua lembaran akan disusun dan dikumpulkan menjadi satu. Sayangnya Quran batik ini tidak dijual. ”Quran ini kami buat untuk syiar agama dan media dakwah. Sehingga Quran ini untuk koleksi di sini,” ucapnya.
Mahkota Batik Laweyan juga berencana membuat Quran batik dengan ukuran lebih besar, 3x5 meter. Saat ini sudah ada dua halaman yang digunakan sebagai display. ”Ada dua halaman yang kami buat, yakni halaman surat Al-Fatihah dan halaman terakhir juz 30,” tuturnya.