
Solo, gatra.net – Ananda Hafidh Rifai meraih nilai 100 mutlak untuk empat mata pelajaran (mapel) di ujian nasional. Namun siapa sangka prestasinya ini diraih di tengah keterbatasan ekonomi keluarga.
Hafidh mengatakan tidak pernah ikut bimbingan belajar selama brsekolah di SMAN 4 Surakarta. ”Saya enggak bisa ikut bimbel karena nggak punya biaya. Selama ini hanya belajar dan latihan soal sendiri di rumah,” ucap Hafidh saat ditemui di sekolahnya, Rabu (15/5).
Anak sulung dari tiga bersaudara ini mengalami keterbatasan ekonomi. Ia seorang anak yatim. Ayahnya, Amat Kusnanto, meninggal pada 2016. Sejak itu, ibunya, Supatmi, menjadi tulang punggung keluarga. Hafidh dan adik-adiknya dibiayai ibunya yang berjualan mainan di depan satu sekolah SD.
”Kalau dulu yang jualan bapak. Tapi setelah bapak tidak ada, sekarang dilanjutkan ibu,” ucap siswa kelahiran 11 Oktober 2001 ini.
Di tengah keterbatasan ekonomi, siswa kelas XII IPA 6 tetap fokus belajar. Namun anggota Klub Astronomi di SMAN 4 Surakarta ini juga tak lupa bermain dan bergaul dengan kawan.
”Saya kadang senang bermain game simulator, tapi sejak mau ujian ini saya sudah jarang main,” ucapnya.
Namun menjelang UN, peraih medali perak dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Fisika ini justru tidak belajar. ”Waktu menjelang ujian saya malah rileks. Hanya berdoa saja,” ucapnya.
Dari ketekunannya, penggemar Matematika dan Fisika ini memperoleh nilai memuaskan. Ia juga sudah diterima di jurusan Teknik Elektro Universitas Gajah Mada (UGM) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Hafidh pun mendaftar beasiswa Bidikmisi untuk meringankan biaya pendidikan di perguruan tinggi. ”Ya, rencananya Teknik Elektro di UGM ini akan saya ambil. Saya ingin jadi engineer,” ucapnya.
Wakil Kepala Kesiswaan SMAN 4 Surakarta Nanang Inwanto membenarkan Hafidh sosok murid sederhana. Setiap hari Hafidh berangkat sekolah diantar ibunya atau naik kendaraan umum.
”Bahkan saat gladi perpisahan, dia berjalan kaki dari sekolah sampai Graha Saba yang menjadi lokasi acara. Untung saja di jalan ada kawan yang memberinya tumpangan,” ucapnya.
Sekolah memberikan keringanan biaya sejak Hafidh kelas X. ”Biaya SPP tiap bulan sekolah kami Rp150 ribu. Hafidh sudah dibebaskan sejak kelas satu. Awalnya prestasinya biasa saja. Tapi setelah biaya pendidikannya dibebaskan prestasinya semakin baik,” jelas Nanang.