
Cilacap, gatra.net – Harga telur leghorn atau ayam petelor di pasar tradisional di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah justru turun pada awal Ramadan 1440 Hijriyah ini. Pasokan melimpah dianggap sebagai pangkal penyebab menurunnya harga telur.
Seorang pedagang telur di Pasar Karna Sidareja, Yayan Sofyan, mengatakan, harga telur sebelumnya Rp24 ribu per kilogram. Tetapi, memasuki Ramadan harganya menjadi Rp 23 ribu per kilogram. "Pasokan telur berlimpah, sementara permintaan pada awal Ramadan tidak ada peningkatan," katanya.
Dia menduga penurunan harga itu juga disebabkan oleh selesainya distribusi Bantuan Pangan Non-Tuai (BPNT) dan pencairan dana Program Keluarga Harapan (PKH) pada April 2019 lalu. Seperti diketahui, telur adalah salah satu komponen yang dibagikan dalam BPNT.
“Ini malah untuk telur leghorn itu malah turun. Kemarin Rp24 ribu, sekarang malah Rp23 ribu. Ya mungkin karena faktor PKH-an,” katanya, Kamis (9/5).
Dia mengemukakan, tiap kali pencairan PKH dan pembagian BPNT, telur selalu langka di pasaran. Sebab, hampir semua persediaan masuk ke dalam paket BPNT. Tetapi, begitu selesai program ini, pasokan telur akan kembali normal.
“Barangnya itu sudah kalau ada PKA-an, jadi harganya naik. Kalau sekarang setelah tidak ada PKH, harga telur kembali turun lagi. Kalau telur puyuh tetap stabil tidak ada kenaikan,” ujarnya.
Yayan mengatakan, selain telur, komponen lain yang dibagikan, seperti beras dan minyak tidak bermasalah. Harga kedua komponen BPNT ini relatif stabil. Sebab, beras dan minyak bisa disimpan dalam jangka waktu lebih lama dibanding telur yang memang hanya bisa diadakan secara mendadak. Ini dipengaruhi oleh daya simpan telur yang relatif pendek.
Pada awal Ramadan ini, kata Yayan, harga telur bebek dan puyuh stabil. Tetapi, harga daging ayam sayur naik tipis dari Rp31 ribu per kilogram menjadi Rp32 ribu per kilogram. “Telur lainnya stabil. Puyuh stabil, ayam kampung dan bebek juga stabil,” ujarnya.