
Mataram, gatra.net - Berkah dari datangnya bulan suci Ramadan, beragam aktivitas ekonomi bermunculan.
Salah satu yang sering ditemukan yakni dengan munculnya para pedagang khas kuliner sebagai menu alternatif berbuka puasa bersama keluarga.
Di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang dijuluki Pulau Seribu Masjid, secara umum, jenis makanan tradisional yang sangat diminati pada bulan suci ini biasanya jenis urap-urapan, sepert ebatan. Makanan ini terbuat dari campuran daun belimbing, kemangi, dan bunga pisang.
Ebatan biasanya dinikmati dengan jenis makanan khas lainnya yang sudah cukup terkenal, seperti plecing kangkung, sate sisuk atau sate kulit.
Bagi sebagian masyarakat Lombok, biasanya akan terasa kurang lengkap jika berbuka puasa tak menyantap makanan khas itu.
Selain makanan tradisonal itu, ada juga jajanan khas daerah tersebut, seperti kue lupis, sarimuka, kolek, es kelapa, es campur dan kelepon.
Jajanan ini biasanya disuguhkan bersama kolak sebagai makanan pembuka saat berbuka puasa sebelum menikmati makanan berat, seperti nasi, ikan dan sayur
Makanan dan tradisonal daerah ini dapat dibeli di sejumlah pasar tradisional di Mataram atau umumnya di Pulau Lombok.
Biasanya, pasar akan ramai menjelang datangnya waktu berbuka puasa.
Para pembeli umumnya dari kaum perempuan atau ibu rumah tangga. Banyaknya pembeli pada bulan puasa ini membawa berkah bagi para penjual makanan tradisional.
Jika di hari-hari biasa keuntungan mereka hanya puluhan ribu, di bulan ini dapat mencapai ratusan ribu rupiah.
"Berkah rezki bertambah di bulan Ramadhan. Setiap tahun kami dibantu keluarga selalu menyiapkan berbagai menu makanan khas Lombok sebagai menu berbuka puasa bagi warga. Harganya pun terjangkau. Masyarakat bisa belanja dari Rp3000 ke atas, " kata Inaq Syariah, pedagang kuliner khas Lombok kepada gatra.net. Rabu (8/5).