
Jakarta, gatra.net – Kopi Dogiyai, salah satu kopi arabika berkualitas yang berasal dari Papua ini masih jarang ditemui di Indonesia. Terdapat beberapa kendala dalam memperkenalkan kopi Dogiyai dan kopi Papua lainnya ke seluruh Indonesia, padahal kopi ini memiliki cita rasa yang khas dan mampu menyaingi jenis kopi yang sudah terkenal sebelumnya seperti kopi Gayo dari Aceh, kopi Toraja dari Sulawesi, kopi Luwak dan lainnya.
“Harga kopi Dogiyai yang cukup tinggi, menjadi pertimbangan pemilik kafe saat kami menawarkan produk ini. Sehingga mereka lebih memilih produk yang lebih terjangkau,” ujar Hanok Herison, Master Trainer Kopi Arabika Nasional pada acara Istimewanya Kopi Papua yang diadakan di Kedai Kopi di daerah Kemang Jum’at sore.
Harga kopi Dogiayi yang tinggi ini disebabkan oleh masih terbatasnya akses untuk mendistribusikan kopi tersebut. Dengan jarak yang harus ditempuh untuk memasarkan kopi Dogiyai, harga kopi tersebut bisa mencapai Rp.200.000,- per kilogramnya di Jakarta.
Kurangnya perhatian pemerintah dalam membantu mengembangkan produk kopi Dogiyai ini juga menjadi penyebab lambatnya kopi ini dikenal di seluruh Indonesia. “Pemerintah tidak pernah ada di tempat untuk pendampingan.” Kata Hanok Herison.
Kopi Dogiyai sendiri memiliki cita rasa yang khas karena pertaniannya terletak di ketinggian 1200 hingga 1600 mdpl. Kopi Dogiyai juga ditanam tanpa menggunakan pestisida atau bahan kimia lainnya sehingga menjadi kopi yang organik.
Dalam agenda tersebut, Yayasan EcoNusa selaku penyelenggara acara tersebut turut mengundang Albert Yomo dari Bentara Papua, serta empat orang petani kopi dari Nabire sebagai pembicara. Mereka adalah Yanto Doo, Hengki Keiya, Yunus Tebay, dan Oktopia Boma yang berasal dari 3 kabupaten yaitu Paniai, Deiyai, dan Dogiyai. Para petani kopi ini membagikan cerita mereka dalam mengelola perkebunan kopi di kabupaten mereka hingga dapat dinikmati oleh pecinta kopi luar Papua.