Home Kesehatan Mengenal Skala Haid dan Dismenore pada Perempuan

Mengenal Skala Haid dan Dismenore pada Perempuan

Jakarta, gatra.net - Rasa sakit yang dialami perempuan saat haid berbeda antara satu dengan lainnya. Fisioterapis Fortunella Levyana, yang akrab disapa Nella, menjelaskan ada skala haid dalam dunia medis.

Nella menjelaskan, skala itu dimulai dari 0 (nol) hingga 10 (sepuluh). "0 (nol) itu enggak sakit sama sekali. Semakin ke atas semakin sakit," terang Nella selepas peluncuran produk pad pereda nyeri haid, iFree dari Caplang di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Jumat (3/5).

Nella menambahkan, skala 7 hingga 10 sudah tergolong sakit. Skala 10, lanjutnya, mungkin sudah menyebabkan perempuan hingga sulit bangun dari tempat tidur.

"Itu ada literaturnya, tapi itu subjektif karena tiap orang skalanya beda-beda," paparnya.

Skala yang digunakan itu untuk mengukur dismenore, atau rasa sakit yang dirasakan perempuan saat haid datang. Data dari perusahaan Cap Lang menyebut, lebih dari 50 persen perempuan usia produktif, terlebih yang masih tergolong pranikah, mengalami gangguan dismenore.

Dismenore sendiri terbagi menjadi dua, yakni dismenore primer dan sekunder. Dismenore primer disebabkan oleh otot rahim yang berkontraksi dengan kuat dan mengakibatkan rasa sakit di perut bagian bawah hingga menjalar ke punggung bagian bawah dan paha.

"Primer masih pemula, kebanyakan dialami oleh usia produktif 15-25 tahun atau fase pranikah. Setelah menikah terlebih punya anak, rasa sakitnya makin berkurang," terang Nella.

"Aktivitas masih bisa (dijalani), namun rasa sakitnya mengganggu karena membuat anggota tubuh kram. Dismenor primer bisa diatasi dengan terapi hangat," imbuhnya.

Sementara itu, dismenore sekunder adalah nyeri yang disebabkan karena masalah pada organ reproduksi. Rasa sakit pada sekunder lebih parah dan berlangsung lebih lama.

"Kalau sudah mengarah ke sekunder itu sudah benar-benar mengganggu aktivitas, enggak bisa kerja, kuliah, kerja. Itu hari pertama menstruasi atau PMS (pre-menstruation syndrome) sudah mulai mengacu ke patologis. Kondisi yang memang butuh pertolongan medis lebih lanjut, misalnya USG," jelas Nella.

Nela memaparkan, perempuan yang tak mengalami dismenore tergolong beruntung. "Tapi hampir enggak ada perempuan yang dari awal menstruasi sampai menopause, enggak pernah merasa kram perut," kata Nella.

Lebih lanjut, Nella menyebut solusi mengurangi dismenore adalah dengan olahraga. Semakin sering berolahraga, lanjutnya, hormon semakin aktif sehingga melancarkan aliran darah hingga kestabilan mood.

6761