
Washington DC, gatra.net – Pentagon pada Kamis (2/5) lalu telah merilis informasi seputar meningkatnya kegiatan Cina di wilayah Kutub Utara yang dapat membuka jalan untuk memperkuat kehadiran militer. Termasuk penyebaran kapal selam yang bertujuan sebagai langkah pencegahan terhadap serangan nuklir.
Penilaian ini terdapat dalam laporan tahunan militer Amerika Serikat (AS) ke kongres tentang angkatan bersenjata Cina dan mengacu pada publikasi resmi pertama Beijing mengenai kebijakan di Kutub Utara pada bulan Juni.
Dalam dokumen tersebut, China menguraikan rencana untuk mengembangkan jalur pelayaran yang dibuka oleh pemanasan global untuk membentuk “Jalan Sutera Polar” yang dibangun di atas Inisiatif Satu Sabuk dan Satu Jalan (OBOR) milik Presiden Xi Jinping.
Meskipun merupakan negara non-Kutub Utara, Cina semakin aktif di wilayah kutub dan menjadi anggota pengamat Dewan Kutub Utara pada 2013. Hal itu telah memicu kekhawatiran dari negara-negara di Kutub Utara mengenai tujuan strategis jangka panjang Beijing, termasuk kemungkinan penempatan markas militer.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo akan menghadiri pertemuan Dewan Kutub Utara yang beranggotakan delapan negara di Rovaniemi, Finlandia, yang dimulai pada hari Senin (6/5). Pertemuan ini dilakukan di tengah kekhawatiran meningkatnya minat komersial Cina di Kutub Utara.
Laporan Pentagon mencatat bahwa militer Cina telah menjadikan modernisasi armada kapal selamnya sebagai prioritas utama. Angkatan Laut China mengoperasikan empat kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir, enam kapal selam tempur bertenaga nuklir, dan 50 kapal selam tempur bertenaga konvensional.
"Kecepatan pertumbuhan pasukan kapal selam telah melambat dan (itu) kemungkinan akan tumbuh antara 65 dan 70 kapal selam pada tahun 2020," prediksi laporan Pentagon tersebut.
Dalam laporan itu, Pentagon juga mencatat bahwa Denmark telah menyatakan keprihatinan tentang minat Cina terhadap Greenland, yang telah memasukkan proposal untuk membangun stasiun penelitian dan stasiun darat satelit, merenovasi bandara dan memperluas pertambangan.
"Penelitian sipil dapat mendukung kehadiran militer Cina di Samudra Kutub Utara, yang dapat mencakup pengerahan kapal selam ke wilayah itu sebagai pencegah terhadap serangan nuklir," isi laporan tersebut seperti dikutip dari Reuters, Jumat (3/5)
Laporan itu mengatakan Cina telah membangun enam kapal selam kelas Jin, dengan empat operasional dan dua sedang dibangun di Huludao Shipyard. Dalam laporan Januari lalu, Badan Intelijen Pertahanan Pentagon mengatakan bahwa angkatan laut China akan membutuhkan minimal lima kapal selam kelas Jin untuk mempertahankan pencegahan nuklir terus menerus di laut.
Paman Sam dan sekutunya, pada gilirannya, memperluas penyebaran angkatan laut anti-kapal selam mereka di wilayah Asia Timur. Ini termasuk patrol tingkat lanjut, perburuan dari Singapura dan Jepang menggunakan pesawat P-8 Poseidon.
Reporter: Anjasmara Rianto Putra