Home Politik Maraknya Politik Identitas, Yon Machmudi: Pemilu 2019 adalah yang Melelahkan

Maraknya Politik Identitas, Yon Machmudi: Pemilu 2019 adalah yang Melelahkan

Jakarta, gatra.net – Pemilihan Umum 2019 dianggap menjadi pemilu yang melelahkan. Hal tersebut diutarakan oleh Yon Machmudi, Ketua Kajian Wiayah Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia saat menjadi salah satu pengisi Acara Kuliah Umum Mengenai Kajian Pengembangan Perkotaan dengan tema Jakarta’s Poor, Urban Religion and Pemilu di Gedung IASTH UI Salemba, Jakarta, Selasa (30/4).

Menurut Yon pemilu yang melelahkan ini bukan hanya dilihat dari aspek sumber daya penyelenggaraanya. “Memang kita akui pilpres saat ini adalah pilpres yang sangat melelahkan ya, tidak hanya dari aspek sumber daya karena waktunya dua kali lipat, ada yang meninggal dan sebagainya, bukan hanya itu, tetapi ketika ditarik pada pertarungan ideologis ini yang kemudian tidak pernah selesai," kata Yon.

Menurutnya, dua kubu menggunakan politik identitas. "Jadi tidak bisa satu saja yang menggunakan identitas, dua-duanya sadar bahwa menggunakan identitas itu, baik 01 maupun 02 sehingga perjalan ini tidak pernah habis, dan ini perlu kita evaluasi ke depan,” ujar Yon.

Sementara itu pembicara lain dalam kuliah umum itu, peneliti dari Southeast Asian Studies Kobenhavns Universitet, Mark Philip Stadler, menyebut pemilu tahun ini merupakan political ignorance, Ia beralasan penggunaan kata rakyat atau istilah merakyat pada pemilu kali ini sudah berkurang drastis.

“Bahwa kadang isu sosial jauh berkurang tapi yang lebih mucul adalah isu agama,” ucap Mark.

Mark menjelaskan bahwa wacana mengenai kaum miskin pada pemilu kali ini telah tergeser oleh kemunculan wacana politik islam. Pemilu 2019 lebih sedikit membahas mengenai rakyat, tapi lebih ke keagamaan. Tidak adanya wacana pro kaum miskin selama masa kampanye dikhawatirkan akan menurunkan perhatian untuk kaum miskin pada lima tahun kedepan.

Mark memberi alasan dirinya memberikan judul political ignorance, karena bisa terlihat dan menganalisir discourse tentang rakyat, daripada pemilu tahun 2014 hingga tahun 2019, bahwa kata rakyat, atau istilah merakyat berkurang drastis. Jadi ini sudah ada statistiknya dan sudah ada buktinya bahwa kadang isu sosial jauh berkurang tapi yang lebih mucul adalah isu agama.

 

847