
Pekanbaru, gatra.net - Anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPPS) di Tempat Pemilihan Suara (TPS) 24 Kelurahan Sidomulyo Timur Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru mengalami muntaber dua hari belakangan.
"Sehari setelah pemilihan, saya langsung kena muntaber. Saya sudah berobat ke klinik dibonceng istri, tapi tak sembuh-sembuh," cerita Indra saat dihubungi gatra.net, Senin (22/4).
Indra kemudian cerita, pertama kali dia sakit pada Kamis (18/4) sore. Tiba-tiba dia muntah saat buang air besar. Dia pun menyuruh istrinya, Febri, untuk membeli obat di klinik. Namun, meski sudah meminum obat sebanyak 6 tablet, sakitnya tak kunjung sembuh.
Kemudian, dia mengajak istrinya ke klinik di dekat rumahnya, di Jalan Adi Sucipto Gang Ikhlas Kota Pekanbaru. Dia diberi obat oleh dokter, lalu pulang ke rumah. Selama seharian, sakit muntaber yang dideritanya juga tidak sembuh.
"Besoknya saya suruh istri ke klinik lagi untuk membeli obat yang berbeda. Saya tidak sanggup ikut ke klinik karena lemas sekali, hanya istri yang ke sana," kata pria 44 tahun itu.
Indra disarankan untuk dirawat, namun dia tidak mau dan lebih memilih untuk istirahat di rumah. Dia kembali meminum obat dari dokter. Pada Minggu (21/4), barulah muntabernya mulai berkurang.
"Meski sekarang saya masih lemas, namun saya tetap berusaha berangkat kerja. Daripada di rumah saya tidak kerja, bisa bermasalah pekerjaan saya," kata Indra.
Menurut Indra, sakit yang dideritanya karena kelelahan menjadi anggota PPS. Dia menilai, pekerjaannya mulai dari persiapan hingga penghitungan suara selama 2 hari menguras tenaga.
"Tangga 16 April kami sudah persiapan pemilihan seharian sampai sore. Kemudian 17 April jam 6 pagi saat pemilihan, kami bekerja hingga keesokan harinya. Tidak ada tidur malam harinya karena penghitungan suara harus selesai," ucap Indra.
"Karena kalau penghitungan suara ada yang salah, kita yang kacau. Apalagi yang mau dihitung ini ada 5 kertas suara yang berbeda, DPT (Daftar Pemilih Tetap) ada 290 an orang, yang hadir sekitar 280 orang lebih," tambahnya.
Indra mengaku, untuk honor yang diterima anggota PPS sejumlah Rp470 ribu, untuk Hansip Rp370 ribu, serta Ketua KPPS Rp 550 ribu. Untuk ke depannya, kata Indra, dia tidak mau lagi ikut sebagai anggota PPS jika sistem pemilihan Presiden dan Legislatif digabung.
"Sebaiknya pemilihan legislatif dan Presiden itu dipisah, jangan sekaligus. Kami yang kelelahan. Kalau ada salah kami yang disalahkan, sementara kerjanya banyak sekali. Kita juga mengawasi agar tidak ada kesalahan pemilih," ujarnya.
Di TPS tempat Indra bertugas, ada 9 orang petugas termasuk Ketua KPPS, Marianto. Ada saksi, serta anggota Panwaslu. Bahkan Marianto juga ikut sakit usai pelaksanaan penghitungan suara.
"Saya dan Ketua (Marianto) sama-sama sakit. Kemarin saya bertemu, katanya baru sembuh setelah sakit selama 2 hari juga," katanya.
Reporter: Sany Panjaitan