
Banda Aceh, gatra.net – Sebanyak 750 pasien yang sedang dirawat beserta keluarganya di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) Banda Aceh tidak dapat memberikan hak suara pada pemilu 2019.
Pasalnya, pasien dan keluarga pasien yang berada di rumah sakit terbesar di Aceh itu tidak difasilitasi tempat pemungutan suara (TPS) oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) setempat.
Pantauan di lokasi rumah sakit kebanggaan masyarakat Aceh itu, tidak terdapat satu TPS atau petugas penyelenggara pemilu. Padahal, sebagian pasien berkeinginan untuk menentukan pilihannya pada pemilu 2019.
Mereka terpaksa tidak memilih karena terkendala jarak antara rumah sakit dengan tempat tinggalnya. Hal ini yang membuat mereka kecewa terhadap penyelenggara pemilu 2019.
Terkait hal itu, Direktur RSUZA, Azharuddin mengatakan, pihaknya sudah mengupayakan sehari sebelum pencoblosan agar TPS dibuat di rumah sakit ini.
Bahkan, kata dia, pihaknya juga sudah menginformasikan ke pihak kecamatan terdekat terkait hal tersebut. Namun, pihak penyelanggara hingga saat ini belum memberikan fasilitas pencoblosan.
Akibat tidak ada TPS, jelasnya, ada sekitar 2.000 orang yang berada di rumah sakit kehilangan hak suaranya karena tidak difasilitasi. “Mereka itu pasien, keluarga pasien, perawat dan pekerja lainnya di rumah itu tidak dapat memilih karena kita tidak ada TPS-nya," ungkapnya.
Menanggapi hal tersebut, Ketua KIP Banda Aceh, Indra Milwadi mengatakan, pihaknya sudah pernah melakukan koordinasi dengan pihak RSUZA sebelumnya, dan bahkan sudah pernah meminta data pasien dan keluarga pasien agar disiapkan formulir A-5.
Namun, kata dia, hingga hari pencoblosan pihak rumah sakit belum juga mengirim data yang diminta, sehingga penyelenggara pemilu tidak bisa menyiapkan A-5.
“Kita sudah sampaikan agar diberikan data untuk yang ingin memilih sehingga kita bisa siapkan formulir A-5. Tapi tidak pernah diberikan oleh pihak rumah sakit tersebut,” ungkap Indra Rabu (17/4) di Banda Aceh.
Jamal seorang keluarga pasien di RSUZA mengaku tidak memilih lantaran menjaga keluarganya yang sedang sakit. Kemudian, domisilinya yang jauh menyebabkan ia tidak pulang ke kampung halamannya.
“Saya tidak memilih karena menjaga keluarga yang sakit di sini (RSUZA). Kalau di sini ada TPS ya kita usahakan untuk memilih, kalau pulang kampung sudah tidak memungkinkan,“ kata Jamal yang berasal dari Aceh Timur.
Reporter: Teuku Dedi